LAPORAN
PRAKTIKUM PENGANTAR
OSEANOGRAFI
PENGUKURAN
PARAMETER FISIKA, KIMIA DAN BIOLOGI
DI
PANTAI JAKAT, PANTAI PANJANG DAN PULAU BAII
DOSEN
PENGAMPU : YAR JOHAN, S.Pi.,M.Pi
ARADEA BUJANA KUSUMA,
S.Pi.,M.Pi
NAMA : WIWIK AMBARWATI
NPM : E1I014002
CO
ASS : VINNY
MULYANI
LENGGA MARTA SARI
AFTI AYU PUTRI S
NOVIA SANTRI SITUMEANG
AHMAD PARIANSYAH
SEBRINA SIHITE
PROGRAM STUDI
ILMU KELAUTAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
BENGKULU
2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat, karunia serta hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum pengantar oseanografi.dan
merupakan salah satu tugas dari mata
kuliah pengantar oseanografi yang ada di Program Studi Ilmu Kelautan
Universitas Bengkulu.
Selaku
manusia biasa, penulis sangat menyadari kemampuan yang dimiliki sehingga
selesainya penulisan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya menyampaikan
rasa terima kasih dan rasa hormat kepada:
1. Bapak
Yar Johan, S.Pi.,M.Si dan Aradea Bujana
Kusuma, S.Si.,M.Si sebagai dosen
pengampu mata kuliah pengantar oseanografi
2. Sebrina
Sihite, Vinni Mulyanti, Afti Ayu, Ahmad, Novia, Lengga Marta Sari selaku
asisten dosen
3. Ibu dan
bapak ku yang selalu mendukung dalam segala hal baik berupa materi dan kasih
sayang yang tidak ada bandingnya dengan kasih sayang orang lain
4. Mr. A N W Terima kasih atas tumpangan wifi nya. Sangat
membantu sekali.
5. Teman-teman
kelompok 1 yang telah bekerja sama dalam
praktikum
6. Semua
teman-teman “Ilmu Kelautan 2014” yang telah mau berbagi hasil praktikum
pengantar oseanografi
Dengan penuh kesadaran diri dan kerendahan hati, penulis menyadari
sepenuhnya bahwa baik isi, materi, maupun pembahasannya masih belum sempurna.
Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki
sebagai penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik, dan masukan yang
bersifat membangun senantiasa diharapkan untuk menjadi lebih baik dimasa yang
akan datang.
Bengkulu,
Januari
2016
Wiwik
Ambarwati
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Republik
Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508
pulau termasuk 9.638 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak
berpenghuni. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan
panjang garis pantai lebih dari 81.000 km serta luas laut sekitar 3,1 juta km2
sehingga wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan
kekayaan dan keanekaragaman hayati laut
terbesar di dunia dengan memiliki ekosistem pesisir seperti mangrove, terumbu
karang dan padang lamun.
Provinsi Bengkulu
adalah salah satu propinsi yang memiliki panjang garis pantai terpanjang di Indonesia.
Bengkulu merupakan salah satu provinsi dengan luas pantai wilayah laut 387,6 Km2.
Ini menunjukkan bahwa sumber energi yang ada di provinsi bengkulu sangat
melimpah. Bukan hanya dalam sektor perikanan saja, namun dalam sumberdaya
energinya pun juga sangat melimpah.
Wilayah pesisir
merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap tekanan lingkungan yang baik yang
berasal dari daratan maupun dari laut. Salah satu tekanan yang akhir-akhir ini
mengancam keberlangsungan wiayah pesisir di seluruh belahan dunia adalah adanya
kenaikan muka air laut. Selain itu juga kandungan yang seharusnya banyak dan melimpah di lautan
sekarang sedikit demi sedikit hilang akibat pencemaran.
Dengan adanya
pencemaran, kejernihan dan keaslian air laut
untuk sekarang ini harap di pertanyakan. Terutama perairan laut kota
Bengkulu. Dapat dilihat dari hasil tangkapan nelayan yang tidak optimal dalam
mendapatkan ikan. Untuk mengetahui kadar pencemaran yang terjadi maka dapat kita tinjau dari
perameter fisika, parameter kimia dan
parameter biologi. Parameter fisika
antara lain salinitas, suhu, kecerahan, kecepatan arus, pasang surut dan
kedalaman, parameter kimia antara lain derajat keasaman (pH), oksigen terlarut,
kandungan nitrat dan fosfat, sedangkan parameter biologi antara lain plankton dan ikan.
Perkembangan
serta pembangunan suatu daerah pesisir memberikan dampak yang kurang
menguntungkann terhadap keberlangsungan sumberdaya alam. Adapun tingkat penentu
kesuburan daerah perairan dapat dilihat dari kelimpahan fitoplankton dan
kondisi kualitas fisika kimia perairan.
Untuk
pertumbuhan, manusia memerlukan protein dalam jumlah yang besar. Agar kebutuhan
tersebut dapat terpenuhi maka manusia berusaha untuk meningkatkan produksi
bahan pangan. Bahan pangan yang menjadi sumber protein adalah bahan pangan yang
berasal dari hewan, terutama yang berasal dari ikan. Dengan berada di daerah
pantai, Kota bengkulu belum dapat mengoptimalkan hasil lautnya. Ini mungkin
dikarenakan parameter fisika dan kimia laut sudah sangat melenceng.
Dapat
kita ketahui bahwa produksi ikan akan baik apabila jumlah makanan yang tersedia
di lingkungan mencukupi. Di dalam perairan laut sumber makanan primer ikan
adalah plankton. Kehidupan plankton juga
dipengaruhi oleh suhu dan salinitas. Dimana suhu merupakan suatu
variabel yang menentukan sedangkan salinitas adalah faktor penting bagi
penyebaran organisme perairan laut.
Bukan
hanya saja salinitas, faktor arus juga mempengaruhi kehidupan plankton. Air
laut dapat terjadi peristiwa upwelling dan downwelling yang menyebabkan
pesebaran plankton di perairan laut. Namun gesekan menyebabkan kecepatan arus di perairan menjadi semakin
berkurang dengan bertambahnya kedalamannya.
Berhubungan
dengan kedalaman, plankton dapat hidup di perairan yang hanya mendapat cahaya matahari. Cahaya matahari
tersebut berperan penting dalam proses fotosintesis yang di lakukan plankton
jenis fitoplankton. Kemampuan cahaya menembus kedalaman ait tergantung pada
kecerahan air laut. Apabila air laut mengalami keterbatasan atau cahaya tidak dapat menembus air maka
dapat dikatakan bahwa air laut tersebut mengalami kekeruhan.
Kekeruhan
ini dapat disebabkan oleh hujan atau tercemarnya air sungai yang bermuara ke
laut atau juga disebabkan oleh pasang surut air laut. Bukan hanya sampah yang
terbawa melainkan tanah atau pasir yang ada di daratan. Apabila ini terus
berlanjut maka akan terjadi pengikisan atau yang disebut erosi. Ini semakin
menambah besar kerusakan atau ketidakstabilan yang terjadi di laut, apalagi
jika ini terjadi di pantai Bengkulu, maka ikan yang ada di provinsi Bengkulu
akan hilang. Dan pendapatan nelayan pun hilang. Oleh sebab itu maka harus
adanya pengolahan atau pengawasan khusus terhadap perairan pesisir kota
Bengkulu demi melestarikan semua sumberdaya lautnya yang ada.
1.2 Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui
dan mampu mengukur parameter fisika, kimia dan biologi seperti suhu, pH,
kecerahan, salinitas, fitiplankton, pasang surut dan sedimen yang digunakan
untuk menggambarkann karakteristik perairan laut serta mampu menganalisa dan
menampilkan dalam bentuk diagram-diagram baku dari parameter-parameter yang
digunakan.
2. Mempelajari
tata cara pengamatan pasang surut air laut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasianan atau kadar garam
terlarut dalam air. Pengertian yang lebih luas, salinitas adalah jumlah total
dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua
karbonat Salinitas biasanya dinyatakan dengan satuan
(ppt) (Effendi, 2003). Air laut merupakan campuran dari 97% air dan 3% material
terlarut. Satuan untuk salinitas adalah ‰ (per mil), Salinitas air laut di
seluruh wilayah perairan di dunia berkisar antara 33 – 37 ‰ dengan nilai median
34,7 ‰, namun di Laut Merah dapat mencapai 40 ‰. Salinitas air laut tertinggi
terjadi di sekitar wilayah ekuator, sedangkan terendah dapat terjadi di daerah
kutub, walaupun pada kenyataannya sekitar 75 % air laut mempunyai salinitas
antara 34,5‰ – 35 ‰ (Arindri, 2015).
Salinitas merupakan parameter yang tidak dapat
ditinggalkan dalam penelitian di laut. salinitas merupakan jumlah dari
seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis,
adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga
salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida
(Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram
ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida.
Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan
klorida (Siwi, 2011).
Salinitas menjadi faktor penting bagi penyebaran
organisme peraran laut. Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas
terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut (Arindri,
2015).. Keberadaan
garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas,
kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum)
beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya
serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Selanjutnya
hubungan antara salinitas dan Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah
garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan
osmosis.
Salinitas
perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang
dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur
(NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium
(Na), kalium (K), Kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4)
dan bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam suatu gram/kg atau
promil (Effendi, 2003).
2.2 Suhu
Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu
benda. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu disebut thermometer. Suhu
memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan flora dan fauna laut
diantaranya, komposisi kimia air laut, Sirkulasi massa air dan cepat rambat
gelombang akustik. Matahari memiliki pengaruh paling besar terhadap perubahan
suhu permukaan laut. Umumnya perubahan suhu air laut disebabkan adanya
perpindahan panas dari massa air yang satu ke massa air yang lain. Hal lain
yang dapat mengubah suhu air laut adalah konduksi panas dari atmosfir dan kondensasi
dan evaporasi uap air (Efrizal, 2006).
Faktor-faktor yang
mempengeruhi suhu antara lain musim, ketinggian permukaan laut (attitude),
waktu dalam hari,sirkulasi udara, penutup awan dan aliran serta kedalaman bahan
air ( Nurhayati, 2006). Pengaruh suhu juga didasarkan oleh organisme aquatic.
Organisme aquatic mempunyai kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang
disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya algae dari filum chlorophyta dan diatom
akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20 oC-30 oC.
2.3 Ph
pH adalah derajat keasaman
yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan
yang dimiliki oleh suatu larutan
dan didefinisikan sebagai kologaritma
aktivitas
ion hidrogen
(H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas
ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya
didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia
bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan
berdasarkan persetujuan internasional (Riyadi,2005).
Menurut Ida (2015) pH didefinisikan sebagai
aktifitas relatif ion hidrogen dalam suatu larutan. Kadar pH kultur
mempengaruhi tingkat fotosintetik mikroalga. Dan kinerja enzim dalam
metabolisme sel.
Air laut, dengan-kandungan ion-ion Ca dan Mg yang cukup besar,
dapat mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar. Ion-ion Calsium dan
Magnesium akan membentuk garam-garam karbonat dan
bikarbonat dan campuran asam-asam karbonat tersebut dengan garam-garam membentuk
suatu sistem penyangga (buffer) yang kuat (Efrizal, 2006). Oleh karena itulah,
biasanya pH air laut berada sedikit di atas normal dan jarang keluar dari batas
pH 7 - 9. Keadaan ini sangat menguntungkan hewan-hewan di dalamnya termasuk
udang, yang karena aktivitas respirasinya menghasilkan CO2 mengakibatkan pH di
sekitar insang agak turun, sehingga perlu segera dinetralkan kembali.
Pengukuran pH yang lebih akurat biasa dilakukan dengan menggunakan pH
meter. Sestem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran
pH, elektroda reffernsi,dan alat pengukur impedansi tinggi. pH elektroda dapat
diasumsikan sebagai battery, dengan voltase yang bervariasi hasil pengukuran
dari pH larutan yang diukur (Efrizal, 2006).
2.4 Kecerahan
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan atau sebagai cahaya yang
diteruskan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan yang di ungkapkan
dengan satuan meter sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran dan
padatan tersuspensi. Selain itu, kecerahan sangat dipengaruhi oleh kedalaman
perairan karena semakin dalam perairan maka daerah yang dalam tidak mampu lagi
di jangkau oleh cahaya (Riyadi,2005).
Kecerahan suatu
perairan menetukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu perairan
dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlansung sempurna.
Kecerahan yang mendukung apabila Seichi disk mencapai 20-40 cm dari permukaan.
Kecerahan merupakan ciri penentu untuk pencerahan, penglihatan yang mana suatu
sumber dilihat memancarkan sejumlah kandungan cahaya (Effendi, 2003). Dalam
kata lain kecerahan adalah pencerahan yang terhasil dari pada kekilauan sasaran
penglihatan, Kecerahan merupakan suatu ukuran dimana cahaya didalam air yang
disebabkan oleh adanya partikel-partikel kaloid dan suspensi dari suatu bahan
pencemaran
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari
kandungan sediment yang di bawa oleh aliran sungai pada laut yang diketahui
radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Tumbuhan laut
akan kurang dibandingkan dengan air laut
jernih. Pada perairan laut yang dalam dan jernih, fotosintesis tumbuhan itu
mencapai 200 meter,sedangkan jika keruh hanya mencapai 15-40 meter (Efrizal,
2006).
Adapun faktor-faktor kekeruhan suatu
perairan yaitu:
- Benda-benda halus yang disuspensikan seperti
lumpur.
- Jasad-jasad renik yang merupakan
plankton
- Warna air yang ditimbulkan oleh zat-zat
koloid yang berasal dari daun-daun tumbuhan yang terekstrak.
- Kondisi lingkungan yang ada disekitarnya
seperti limbah rumah tangga dan pupuk kimia yang terbawa oleh sungai atau
air hujan.
2.5 Fitolankton
Plankton adalah jasad atau
organisme yang hidup melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit
dan selalu mengikuti pergerakan/ arus air. (Afrisha, 2015). Plankton yang
tergolong fitoplankton adalah jenis plankton yang umumnya beraktifitas pada
pagi hingga siang hari. Hal ini dikarenakan fitoplankton merupakan jenis
tumbuhan mikroskopis yang dapat berfotosintesis. Fitoplankton umumnya terdiri
dari diatome dan dinoflagellata.
Fitoplanton atau
kelompok plankton tumbuhan merupakan
mikroorganisme fotosintetik yang hidup melayang dan perpindahannya dalam air
dipengaruhi oleh arus air ( Serly,2015). Kepadatan dan diversitas fotoplanton
dalam perairan dipengaruhi oleh kondisi fisika kimia air terutama adalah
cahaya, kandungan co2 bebas, suhu, ph dan zat hara (bahan nutrient).
Fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator dalam mengetahui tinggi
rendahnya produksi perikanan laut di perairan (Afrisha, 2015).
Keberadaan fitoplankton sangat berpengaruh terhadap
kehidupan perairan karena memegang peran penting sebagai makanan bagi berbagai
organisme laut. Sehingga tingkat penentu kesuburan suatu perairan dapat dilihat
dari kelimpahan fitoplankton dan kualitas air (Efrizal, 2006).
2.6 Pasang surut
Pasang surut
merupakan parameter oseanografi yang sangat berpengaruh di perairan. Pasang
surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda di
langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi (Adi, 2015). Pasang surut berkaitan dengan proses
naik turunnya paras laut secara berkala yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik
dari benda-benda angkasa, terutama matahari dan bulan, terhadap massa air di
bumi. Proses pasut dapat dilihat secara nyata di daerah pantai, mempengaruhi
irama kegiatan manusia yang hidup di daerah pantai, seperti pelayaran, dan
penangkapan/budidaya sumberdaya hayati perairan (Triadmodjo, 2008).
Pasang surut (sering disingkat pasut) adalah gergakan naik turunnya muka
laut ecara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari.
Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dari massa bulan, tetapi
jaraknya pun sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km). Sedangkan bulan
sebagai satelit kecil jaraknya sangat dekat ke bumi (rata-rata 381.160 km). Triadmodjo
(2008) mengemukakan dalam
mekanika alam semesta, jarak lebih menentukan daripada massanya. Oleh karena
itu, bulan mempunyai peranan yang lebih besar daripada matahari dalam
menentukan pasang surut.
2.7 Sedimen
Sedimen adalah pecahan, mineral, atau material
organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media
udara, angin, es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang
diendapakan dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan
kimia (Hidayat, 2014).
Erosi merupakan proses pengikisan sedimen oleh air laut yang terjadi
secara alami maupun karena
adanyaaktivitas manusia. Marerial sedimen akibat pengikisan daratan akan
terangkut dan terendapkan oleh oleh proses mekanik arusdari laut. Material
sedimen yang mengenda ini dapat mempengaruhi kegiatan biota laut yang ada di
perairan laut (Reza, 2015).
Kurniawan (2014) mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi dari
mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran
cangkang dan tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang
terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut. sedimentasi
sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh
pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut
dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria,
laut dangkal sampai laut dalam.
Dalam suatu
proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi sedimen. Dalam
hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang
kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut
melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar laut pun, sedimen tidak
diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan.
Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersuspensi kembali oleh arus bawah
sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun (Reza, 2015). Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang
perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika
air laut terperangkap di antara butiran mineral.
2.8 Arus
Arus adalah pergerakan massa air yang terjadi di
lautan dalam skala yang sangat luas baik secara horizontal maupun vertikal ( Julian,
2015). Sistem arus utama umumnya terdapat di samudera-samudera dunia, tetapi
pada skala yang lebih kecil juga terdapat arus-arus tertentu yang bergerak secara
teratur. Arus-arus ini adalah bagian dari pengetahuan awal yang didapat manusia
dari pelayaran.
Samudra pasifik ternyata memiliki arus laut yang
kuat. Aliran arus laut karena pasang surut atau arus sungai menyimpan energi
hidro kinetik yang dapat dikonversikan menjadi daya listrik. Perubahan
kecepatan arus yang sangat besar dipengaruhi oleh gaya pasang surut yang
bekerja menyebabkan pergerakan massa air. Perubakan kecepatan ini diakibatkan
perbedaan batimetri dan pergerakan elevasi muka air (Purba, 2010).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
pengantar oseanografi ini dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2016 di 3 lokasi yang berbeda yaitu, pada pukul 08.00 – 12.00
WIB bertempat di Pantai Zakat Kota Bengkulu, pada pukul 13.00 – 14.00 WIB bertempat
di pantai panjang kota bengkulu dan pada pukul 15.00 – 18.00 WIB bertempat di Pelabuhan
Pulau Baai Bengkulu.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini
adalah papan skala, tali, sechi disk, kompas, grab sampler, refraktometer,
aquades, pH meter, termometer, plantonet, parasut meter, botol UC dan perahu.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air
laut (pantai Zakat, pantai Panjang dan Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu).
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1
Salinitas
Prosedur
kerja dalam melakukan pengukuran salinitas yang berfungsi untuk mengetahui
kadar garam dalam satu liter air laut adalah sebagai berikut :
1) Menyiapkan
alat dan bahan. Alat dan bahannya adalah refraktometer untuk mengukur salinitas
air laut, pipet tetes untuk memindahkancairan dalam skala kecil, aquades
sebagai kalibrasi refraktometer, tissu untuk mengeringkan refraktometer.
2) Mengkalibrasi
membran refraktometer dengan aquades dan dikeringkan menggunakan tissu secara
searah.
3) Mengambil
air laut dengan menggunakan pipet tetes
4) Meneteskannya
sebanyak 1-2 tetes pada refraktometer
5) Catat
pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan.
3.3.2
Suhu
Prosedur
kerja dalam melakukan pengukuran suhu adalah sebagai berikut:
1) Mencelupkan
thermometer secara langsung ke dalam perairan dan biarkan beberapa saat ( ± 2
menit )
2) Secara
cepat diangkat llalu dibaca nilai suhu pada skala thermometer Hg sebelum
terpengaruh oleh suhu sekitar dan untuk memperoleh suhu yang maksimal.
3) Melakukan
pengukuran ini sebanyak 3 kali
4) Catat
pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan tersebut.
3.3.3
pH
Prosedur
kerja dalam melakukan pengukuran pH adalah sebagai berikut :
1) menyiapkan
alat dan bahan. Alat dan bahannya yaitu kotak standar pH untuk menentukan nilai
pH, pH meter digunakan untuk pH air laut.
2) Menyiapkan
ph meter dan menyelupkannya ke dalam sample air laut yang akan diukur derajat
keasamannya
3) Kemudian
mengankatnya dan mengkibas-kibaskannyahingga setengah kering.
4) Selanjutnya
mengamati perubahan warna yang terjadi.
5) Mencocokkan
warnanya dengan kotak standar pH dan menentukan nilai pHnya sesuai dengan warna
pada kotak standar pH sehingga didapat hasilnya.
6) Catta
pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan
3.3.4
Kecerahan
Prosedur
kerja dalam melakukan pengukuran kecerahan ada 2 cara yaitu :
Cara
1.
1) Menyiapkan
alat-alat yang akan digunakan seperti sechi disk dan meteran.
2) Menentukan
lokasi pengukuran kecerahan
3) Menurunkan
sechi disk secara perlahan hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam pada
sechi disk tidak lagi terlihat.
4) Kemudian
mengukur panjangnya dengan meteran atau penggarispanjang.
5) Setelah
itu secara perlahan tarik sechi disk keatas hingga warna hitam pada sechi disk
tersebut kembali terlihatlalu ukur juga berapa panjangnya, ini adalah batas
tampak.
6) Setelah
mendapatkan niai batas tidak tampak dan batas tampak, maka jumlahkan kedua
nilai tersebut lalu dibagi dua. Ini merupakan nilai kecerahan.
7) Catat
pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan
Rumus
untuk menghitung kecerahan adalah sebagai berikut:
Kecerahan
air (cm) =
Cara
2.
Menentukan
kecerahan parairan dapat dilakukan dengan menggunakan alat sechi disk. Alat ini
diturunkan ke dalam perairan,kemudian mengukur kedalaman menghilang sechi disk.
Untuk mendapatkan nilai kecerahan menggunakan rumus :
Kecerahan
air (cm) =
3.3.5
Fitoplankton
Prosedur kerja dalam
melakukan pengukuran suhu adalah sebagai berikut:
1) Melakukan
pengambilan sample plankton pada saat – saat tertentu, yaitu pada pukul 18.00 ;
00.00 ; 06.00 dan 12.00 WIB.
2) Memasukkan
1 ember air ke dalam planktonnet
3) Kemudian
memasukkan hasil penyaringan dimasukkan ke dalam botol film dan dan diberi
formalin.
4) Mengamati
sampel yang telah diambil menggunakn mikroskop.
3.3.6
Pasang
Surut
Prosedur
kerja dalam melakukan pengukuran suhu adalah sebagai berikut:
1) Mengukur
pasang surut menggunakan tidal pasut.
2) Melakukakn
pengukuran setiap 30 menit dengan lama pengamatan 10 jam. Catat tinggi pasang
surut tiap 30 menit.
3) Catat
pengamatan sebanyak 6 kali pengulangan.
3.3.7
Sedimen
Prosedur
kerja dalam melakukan pengukuran sedimen adalah sebagai berikut:
1) Mengambil
sampel sedimen dengan menggunakan grab sampler pada lokasi sampling yang telah
ditentukan
2) Tempatkan
sampel yang telah didapatkan kedalam kantong plastik, usahakan tidak ada
gelembung udarapada saat membungkus sampel. Hal ini untuk menghindari
kemungkinan kantong plastik pecah. Kemudian ukur parameter lingkungan lainnya
seperti suhu perairan, kecepatan, arah arus dan kecerahan serta kedalaman
perairan lokasi sampling.
3) Sampel
yang telah siap di laboratorium di tempatkan pada wadah (kertas timah) kemudian
ditimbang berat basahnya, yaitu 150 garm untuk setiap sampel dengan menggunakn
timbangan analitik.
4) Sampel
basah yang telah ditimbang beratnya, dikeringkan dengan menggunakn oven /kompor
pada suhu 1050C sampai tidak ada lagi kandungan airnya.
5) Sampel
yang telah kering tempatkan dalam cawan porselin tambahkan larutan hidrogen
peroksida 3% secukupnya lalu gerus hingga halus.
6) Sampel
yang telah di dgerus, rendam dalam air lalu bilas dengan menggunakan ayakan
bertingkat untuk mendapatkan fraksi sedimen yang berbeda sesuai dengan
ukurannya masing – masing.
7) Ambil
masing – masing sampel yang tertahan pada masing-masing tingkatan ayakan
tempatkan kedalam wadah sementara itu fraksi sedimen yang masih lolos tempatkan
dalam wadah botol untuk analisi fraksi lumpur.
8) Keringkan
fraksi sampel pasir yang telah didapat
sesuai ukuran mesh size dengan
menggunakan oven setelah kering timbanglah berat masing-masing sampel.
9) Masukkan
data berat masing-masing fraksi kedalam tabel perhitungan yang telah disiapkan
sebelumnya.
10) Fraksi
pasir dapat dianalisis dengan menggunakn metoda settling tube dan metode
pengayakan
11) Fraksi
lumpur dianalisis dengan menggunakan metode pipet
3.3.8
Arus
Prosedur
kerja dalam melakukan pengukuran arus
adalah sebagai berikut:
1) Sediakan
tali sepaanjang 5 meter untuk mengikat botol, parasut arus dan pelampung yang
dipasang pada tali, stopwatch untuk menghitung lamanya tali menegang dan kompas
sebagai penunjuk arah.
2) Parasut
arus dihubungkan dengan tali sepanjang ± 30 cm, kemudian hubungkan lagi dengan
tali sepanjang 5 meter.
3) Menghanyutkan
parasut meter mengikuti arus bersamaan dengan menyalakan stopwatch.
4) Setelah
tali meneganga maka stopwatch dimatikan dan mencatat lama waktu yang digunakann
untuk menegangkan tali yang sepanjang 5 meter tersebut.
5) Menghitung
kecepatan arus : waktu tempuh dan
dicatat dalam satuan meter/detik.
6) Catat
pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan.
3.4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Titik Koordinat
Tabel
1. Titik koordinat praktikum berdasarkan GPS
No
|
Wilayah
|
Lokasi
|
1
|
Pantai Jakat
|
S : 030
46’ 40.790”
E : 1020 15’ 35.486”
|
2
|
S : 030 46’37.795”
E : 1020 5’ 33.673”
|
3
|
S : 030 46’ 29
E : 1020 15’ 33.234”
|
4
|
Pantai Panjang
|
S : 030 48.641”
E : 1020 15. 698”
|
5
|
Pulau Baii
|
S : 030. 54.013
E : 1020 26.303
|
6
|
S : 030 53.760”
E : 1020 16.813”
|
7
|
|
4.1.2 Pengukuran salinitas
-Tidak ada
hasil
4.1.3 Pengukuran suhu
Tabel
2. Hasil pengukuran suhu
Pengulangan
|
Kel.1
|
Kel.2
|
Kel.3
|
Kel.4
|
Kel.5
|
Kel.6
|
Kel.7
|
1
|
28
|
27
|
28
|
28
|
29
|
29
|
27
|
2
|
28
|
28
|
29
|
29
|
29
|
29
|
28
|
3
|
29
|
29
|
29
|
28
|
29
|
29
|
28
|
rata-rata
|
28,3
|
28
|
26,67
|
28,3
|
29
|
29
|
27,7
|
Keterangan
: kel 1-3 = pantai Jakat
Kel 4 = pantai Panjang
Kel 5-7 =pulau Baii
4.1.3 Pengukuran pH
Tabel
3. Hasil pengukuran pH
Pengulangan
|
Kel.1
|
Kel.2
|
Kel.3
|
Kel.4
|
Kel.5
|
Kel.6
|
Kel.7
|
1
|
6
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
2
|
6
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
3
|
6
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
rata-rata
|
6
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
7
|
Keterangan
: kel 1-3 = pantai Jakat
Kel 4 = pantai Panjang
Kel 5-7 =pulau Baii
4.1.4 Pengukuran kecerahan
Tabel
4. Hasil pengukuran kecerahan
No
|
Pengulangan
|
waktu (s)
|
Jarak tidak tampak
|
waktu (s)
|
Jarak tampak
|
Kecerahan
|
1.
|
1
|
51
|
100
|
6
|
60
|
76
|
|
2
|
24
|
78
|
21
|
60
|
|
3
|
31
|
100
|
6
|
60
|
|
Rata-rata
|
35
|
93
|
11
|
60
|
2.
|
1
|
52
|
140
|
17
|
100
|
210
|
|
2
|
51
|
320
|
36
|
220
|
|
3
|
50
|
320
|
18
|
160
|
|
Rata-rata
|
51
|
260
|
24
|
160
|
3.
|
1
|
37
|
200
|
33,2
|
160
|
175
|
|
2
|
20
|
200
|
34
|
190
|
|
3
|
37
|
180
|
40
|
120
|
|
Rata-rata
|
31
|
193
|
36
|
157
|
4.
|
1
|
20
|
280
|
30
|
210
|
238
|
|
2
|
20
|
270
|
30
|
190
|
|
3
|
20
|
275
|
30
|
205
|
|
Rata-rata
|
20
|
275
|
30
|
202
|
5.
|
1
|
10
|
400
|
27
|
280
|
390
|
|
2
|
12
|
500
|
30
|
300
|
|
3
|
14
|
520
|
32
|
340
|
|
Rata-rata
|
12
|
473
|
30
|
307
|
6.
|
1
|
30
|
560
|
45
|
500
|
473
|
|
2
|
25
|
500
|
50
|
480
|
|
3
|
27
|
440
|
42
|
360
|
|
Rata-rata
|
27
|
500
|
46
|
447
|
7.
|
1
|
62
|
200
|
42
|
100
|
212
|
|
2
|
70
|
370
|
40
|
120
|
|
3
|
72
|
380
|
42
|
100
|
|
Rata-rata
|
68
|
317
|
41
|
107
|
Keterangan
: No 1-3
= pantai Jakat
No 4 = pantai Panjang
No
5-7 =pulau Baii
4.1.5 pengukuran sedimen
Tabel
5. Hasil pengukuran sedimen
No
|
Substrat
|
Lokasi
|
1
|
Pasir berlumpur
|
Pantai
Jakat
|
2
|
Pasir
berlumpur
|
3
|
Pasir
berlumpur
|
4
|
pasir
|
Pantai
Panjang
|
5
|
pasir
|
Pulau
Baii
|
6
|
pasir
|
7
|
lumpur
|
4.1.6 pasang surut
Tabel
6. Hasil pengukuran pasang surut
No
|
Jam (WIB)
|
Pasang (cm)
|
Surut (cm)
|
1.
|
07.30 - 08.00
|
161,67
|
90
|
2.
|
08.00 - 08.30
|
178,33
|
104,5
|
3.
|
08.30 - 09.00
|
171,67
|
118,33
|
4.
|
09.00 - 09.30
|
173,33
|
156,67
|
5.
|
09.30 - 10.00
|
210
|
113,33
|
6.
|
10.00 - 10.30
|
191,67
|
143,33
|
7.
|
10.30 - 11.00
|
193,33
|
145,83
|
8.
|
11.00 - 11.30
|
198,33
|
140
|
9.
|
11.30 - 12.00
|
188,33
|
137,5
|
10.
|
12.00 - 12.30
|
189,17
|
136,67
|
11.
|
12.30 - 13.00
|
195
|
114
|
12.
|
13.00 - 13.30
|
195,83
|
130,17
|
13.
|
13.30 - 14.00
|
200
|
116,5
|
14.
|
14.00 - 14.30
|
185
|
113,33
|
15.
|
14.30 - 15.00
|
188,33
|
120
|
16.
|
15.00- 15.30
|
189,17
|
110
|
17.
|
15.30 - 16.00
|
175
|
119,17
|
18.
|
16.00 - 16.30
|
168,33
|
108,33
|
19.
|
16.30 - 17.00
|
188
|
128,33
|
20.
|
17.00 - 17.30
|
186,67
|
126,67
|
4.1.7 pengukuran arus
Tabel
7. Hasil pengukuran arus
No
|
Pengulangan
|
waktu(s)
|
Panjang (m)
|
arus (m/s)
|
1.
|
1
|
152
|
5
|
0,033
|
|
2
|
150
|
5
|
|
3
|
155
|
5
|
|
Rata-rata
|
152
|
5
|
2.
|
1
|
74
|
5
|
0,066
|
|
2
|
80
|
5
|
|
3
|
75
|
5
|
|
Rata-rata
|
76
|
5
|
3.
|
1
|
81
|
5
|
0,060
|
|
2
|
84
|
5
|
|
3
|
86
|
5
|
|
Rata-rata
|
84
|
5
|
4.
|
1
|
24
|
5
|
0,211
|
|
2
|
24
|
5
|
|
3
|
23
|
5
|
|
Rata-rata
|
24
|
5
|
5.
|
1
|
30
|
5
|
0,117
|
|
2
|
58
|
5
|
|
3
|
40
|
5
|
|
Rata-rata
|
43
|
5
|
6.
|
1
|
39
|
5
|
0,128
|
|
2
|
46
|
5
|
|
3
|
43
|
5
|
|
Rata-rata
|
43
|
5
|
7.
|
1
|
41
|
5
|
0,122
|
|
2
|
35
|
5
|
|
3
|
32
|
5
|
|
Rata-rata
|
36
|
5
|
4.2 Pembahasan
Kondisi
parameter lingkungan perairan di perairan pesisir bengkulu mempunyai
karakteristik yang berbeda. Parameter yang diukur yakni parameter fisika yang
terdiri dari salinitas, suhu, pH, kecerahan, pasang surut, sedimen dan arus,
parameter kimia dan parameter biologi yang terdiri dari fitoplankton. Data yang
diperoleh dari hasil pengukuran parameter lingkungan perairan disajikan dalam
bentuk tabel, grafik dan gambar.
4.2.1
Salinitas
Alat
yang digunakan dalam mengukur salinitas adalah refraktometer. Dalam praktikum
yang dilaksanakna di tiga lokasi yang berbeda yakni pantai jakat, pantai
panjang dan pulau baii kami tidak melakukan pengukuran salinitas dikarenakan
pada saat praktikum alat refraktometernya rusak sehingga tidak dilakukan
pengukuran salinitas.
4.2.2
Suhu
Tabel
8 .Hasil pengukuran suhu
No
|
Wilayah
|
Suhu
(0C)
|
1
|
Pantai
Jakat
|
27,66
|
2
|
Pantai
panjang
|
28,3
|
3
|
Pulau
Baii
|
28,57
|
Data analisa di atas diambil dari 3 lokasi yang
berbeda. Lokasi pertama yakni pantai Jakat terdiri dari kelompok 1, kelompok 2
dan kelompok 3 dengan nilai rata-rata suhu sebesar 27,660C diambil
pada pukul 08.00-12.30 WIB dalam keadaan mendung. Lokasi kedua yakni pantai panjang terdiri dari kelompok 4 dengan nilai
rata-rata sebesar 28,30C
diambil pada pukul 13.00-14.00 WIB dan lokasi ketiga yakni pulau Baii
dengan nilai rata-rata suhu sebesar 28,570C.Secara keseluruhan suhu
perairan di lokasi praktikum di tiga wilayah tersebut tidak mengalami perbedaan
yang mencolok dan masih mendukung untuk berjalannya aktivitas organisme
perairan
Gambar
1. pengambilan suhu dengan termometer di pantai Jakat Bengkulu
4.2.3
pH
(Derajat Keasaman)
Air laut mempunyai kemampuan penyangga yang sangat
besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan
memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Ph air laut di permukaan
indonesia umumnya bervariasi dari 6,0 – 8,5.
Tabel
9. data hasil pengamatan pH di wilayah yang berbeda
No
|
Wilayah
|
Ph
|
1
|
Pantai
Jakat
|
6,7
|
2
|
Pantai
panjang
|
7
|
3
|
Pulau
Baii
|
7
|
Dari
tabel di atas, menunjukkan bahwa wilayah
pantai zakat mendapatkan data pH sebesar 6,7. Sedangkan pada wilayah pantai
panjang dan pulau baii ph nya sebesar 7. Perbedaan ini di sebabkan bahwa dalam
pengambilan data di parairan pantai jakat kondisi lingkungan
mendung dan setelah selesai pengambilan
data pH selesai (kelompok 1) hujan turun
rintik-rintik. Sedangkan pada wilayah pantai panjang dan pulau baii pengambilan
data sesudah hujan.
Gambar
2. pengambilan data sebelum hujan
Keadaan
perairan pantai zakat pada saat
pengambilan data pH (kelompok 1) kondisi airnya belum tercampur dengan air
hujan. Sedangkan keadaan air pada saat pengambilan data pH di pantai
panjang dan pulau baii, air laut dan air hujan sudah tercampur sehingga
ph nya 7 bersifat netral.
4.2.4
Kecerahan
Sinar
matahari mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan beraneka gejala,
termasuk penglihatan, fotosintesis, dan pemanasan.tingkat kecerahan dimaksudkan
untuk mengetahui keberadaan intensitas sinar matahari yang masuk ke perairan.
Dalam pengukuran kecerahan perairan menggunakan
atat yang disebut sechi disk (gambar ).
Gambar
3. Persiapan sechi disk
Dengan
membandingkan tingkat kecerahan yang telah dilakukan pada saat praktikum di
tiga lokasi yang berbeda di dapat kan
bahwa tingkat kecerahan perairan pesisir pantai Bengkulu antara 76-473. Tingkat kecerahan tertinggi
berada pada lokasi di pulau Baii dengan nilai 473. Dimana kawasan tersebut
terdapat sedikit sungai sehingga sedikit
membawa sedimen serta waktu pengambilan data yang lagi panas akibat sinar
matahari. Sedangkan nilai kecerahan yang paling kecil berada di pantai Jakat
dengan nilai 76. Ini dikarenakan pada saat pengambilan data cuacanya mendung
serta diambil pada waktu pagi hari.
4.2.5
Fitoplankton
Pada
praktikum mengetahui jumlah fitoplankton ini dilakukan pada tiga lokasi yang
berbeda dan waktu yang berbeda pula. Dalam praktikum ini alat yanng digunakan
dalam mengambil plankton adalah plankton net (gambar 4).
Gambar
4. Plankton net
Dari hasil pengumpulan plankton yang
telah dilakukan, fitoplankton paling banyak berada di perairan sekitar pantai
Jakat. Ini dibuktikan dengan jumlah mikroorganisme yang lebih banyak daripada
di perairan pantai Panjang dan perairan pulau Baii. Dapat dikatakan
fitoplankton karena mikroorganisme yang terdapat di botol UC tersebut berwarna
hijau yang menunjukkan bahwa itu klorofil. Telah kita ketahui bahwa plankton
yang mempunyai klorofil adalah fitoplankton.
Fitoplankton banyak ditemukan di
perairan pantai Jakat karena pada waktu pengambilannya dilakukan pada waktu
pagi hari. Dimana pada waktu pagi hari
fitoplankton bersiap-siap dalam melakukan fotosintesis. Serta di
perairan pantai jakat berdekatan dengan muara sungai sedangkan pantai panjang
dan pulau baii berada jauh dari muara sungai. Ini disebabkan karena di muara
sungai terdapat banyak unsur hara yang terbawa ke laut.
4.2.6
Pasang
surut
Data pasang surut didapat dari pengamatan langsung
yang dilakukan selama kurang lebih 5 jam dengan selang waktu pengukuran 30
menit di perairan antai Jakat. Pengukuran menggunakan papan pasang surut atau
papan skala dengan ketinggian 0 -200 cm.
Gambar
5. Pengukuran pasang surut dengan menggunakan papan pasut
Gambar
6. Grafik data pasang surut di pantai
Jakat
Hasil pengamatan pasang surut di pantai jakat
termasuk pasang surut harian tunggal. Terlihat pada Gambar 6 dimana bahwa dalam
satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Pasang tertinggi pada
saat pengukuran kelima pada pukul 09.00- 10.00 WIB dengan ketinggian 210 cm dan surut terendah pada ketinggian 90
cm yang dilakukan pengukuran pertama pada pukul 07.30-08.00 WIB.
4.2.7
Sedimen
Lokasi
praktikum dibagi menjadi 3 tempat yakni pantai jakat yang terdiri kelompok 1,
kelompok 2 dan kelompok 3, pantai panjang yang terdiri dari kelompok 4 dan
pulau baii terdiri dari kelompok 5, kelompok 6 dan kelompok 7. Sampel sedimen
laut diambil menggunakn eksman grap dan disimpan kedalam plastik dan
selanjutnya dianalisis.
Gambar
7. Eksman grap
Gambar
8. Sedimen yang didapat
Hasil analisa sedimen yang ada di
perairan pantai jakat disajikan dalam Tabel 6. Pada lokasi pantai jakat jenis
sedimen yang ditemukan adalah pasir berlumpur, di pantai panjang jenis sedimen
yang ditemukan adalah pasir serta di pulau baii terdapat 2 jenis sedimen yaitu pasir dan lumpur.
Hal ini memungkinkan bahwa pada
lokasi pantai jakat sedimen cenderung berasal dari daratan yang terbawa oleh
sungai karena lokasi pengambilan sampel di pantai jakat dekat dengan muara
sungai.
4.2.8
Arus
Arus
merupakan faktor yang sangat penting terutama bagi alat tangkap yang pengoperasiannya memanfaatkan arus.
Pengukuran kecepatan arus menggunakan parasut meter ( gambar 8).
Gambar
9. Parasut meter
Pengukuran
data dilakukan di pantai zakat (gambar 9) dengan titik koordinat garis
lintang 030 46’ 40.790” dan garis bujur 1020 15’
35.486” ( kelompok 1).
Gambar
10. Proses parasut meter diletakkan ke laut
Tabel
10. Hasil data kecepatan arus
No
|
Wilayah
|
Kecepatan
Arus (m/s)
|
1
|
Pantai
Jakat
|
0,053
|
2
|
Pantai
Panjang
|
0,211
|
3
|
Pulau
Baii
|
0,122
|
Kecepatan arus dapat dibedakan menjadi 4 katagori
yakni kecepatan arus 0-0,25 m/dtk yang disebut arus lambat ,kecepatann arus
0,25-0,30 m/dtk yang disebut arus sedang, kecepatan arus 0,50-1 m/dtk di sebut
arus cepat dan kecepatan arus diatas 1 m/dtk disebut arus sangat cepat.
Hasil pengamatan terhadap kekuatan arus berdasarkan data
yang di dapat di lapangan diperoleh di perairan pantai Panjang memiliki arus
yang paling besar yaitu sebesar 0,211 m/s dan arus yang paling kecil berada di
perairan pantai Jakat yaitu sebesar 0,053 m/s . inilah kenapa pemerintah
provinsi Bengkulu membuat larangan supaya pengunjung pantai panjang dilarang
mandi di sana dan menyarankan mandi di pantai Jakat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
praktikum yang telah di lakukan bahwa dari 3 lokasi yang berbeda mendapatkan
hasil yang berbeda pula. Dimana di lokasi pantai Jakat memiliki suhu permukaan
air terendah yakni 27,660C, pantai Panjang sebesar 28,30C
dan pulau Baii sebesar 28,570C. Demikian juga dengan derajat
keasaman, pantai jakat memiliki pH
sebesar 6,7 sedangkan pantai Panjang dan pulau Baii memiliki ph sebesar 7
(netral). Perairan yang memiliki tingkat kecerahan paling tinggi adalah pulau Baii
dan yang paling rendah pantai jakat. Sedimen yang ditemukan ada 3 jenis yaitu
pasir berlumpur,pasir dan lumpur. Plankton yang banyak di temukan di pantai
Jakat sedangkan yang paling sedikit ditemukan di pantai Panjang. Arus di pantai
panjang sangat besar di bandingkan dengan 2 lokasi lainnya. Serta pasang surut
yang terjadi di pesisir kota bengkulu adalah pasang surut tipe pasang surut
harian tunggal.
Secara
keseluruhan, kualitas fisik maupun kimia di perairan kota Bengkulu masih dapat
di perbaiki dengan menjaga kelestarian perairan. Dengan demikian keadaan laut
Bengkulu kembali terjaga.
5.2 Saran
Alangkah baiknya apabila melakukan praktikum asisten
dosen kompak dalam membimbing praktikan supaya praktikan tidak bingung. Waktu
dalam melakukan praktikum harus dimanajemen terlebih dahulu supaya tidak
kemalaman pulangnya. Tempat praktikum sebaiknya ditentukan terlebih dahulu
supaya tidak berpindah-pindah.
Serta untuk praktikum selanjutnya, asisten lebih
tegas dalam menyingkapi tingkah praktikan, jangan plin-plan. Serta bedakan
kegiatan praktikum serta penelitian supaya tidak mengganggu kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Adi. N, Dwi. H.
I, Baskoro. R. 2015.Studi Karakteristik
Dan Co-Range Pasang Surut Di Teluk Lembar Lombok Nusa Tenggara Barat.
Jurnal Oseanografi. Vol. 4 No. 1.Universitas Diponogoro.
Afrisha. C. K,
M. Yusuf Dan Sri. Y.W. 2015. Sebaran
Horizontal Konsentrasi Nitrat (NO3-) Dan Kelimpahan Pitoplankton
Pada Bulan Desember 2013 Di Perairan Komodo Nusa Tenggara Timur. Jurnal
Oseanografi. Vol. 4 No. 1.Universitas Diponogoro.
Arindri. D. H,
Purwanto, Jarot. M. 2015. Pemodelan
Distribusi Salinitas Dan Suhu Permukaan Laut Perairan Selat Bali Bagian Selatan
Pada Musim Timur. Jurnal Oseanografi. Vol.4 No. 1. Universitas Diponogoro.
Effendi,
H. 2003. Telaah Kualitas Air.
Yogyakarta: Kanisius
Efhrizal. 2006. Hubungan Beberapa Parameter Kualitas Air
Dengan Kelimpahan Fitoplankton Di Perairan Pulau Penyengat Kota Tanjung Pinang
Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Fakultas Kelauatan Dan Perikanan
Universitas Raja Ali Haji. Tanjung Pinang, Kepulauan Riau
Hidayat. 2014. Kajian Sebaran Ukuran Butir Sedimen Di
Perairan Gresik Jawa Timur. Jurnal Oseanografi
Ida Ayu. A,
M.Dewi.A, I Wayan Arnata. 2015. Optimasi Salinitas
Dan Ph Awal Media Bg-11terhadap Konsentrasi Biomassa Tetraselmis Chuii. Jurnal
Jurusan Teknik Industri Pertanian, Fakultas Teknik Pertanian Universitas
Udayana. Bali
Julian. S,
Purwanto, Aris. I. 2015. Studi Pola Arus
Dan Potensi Energi Arus Laut Di Perairan Ujong Pancu Aceh Besar. Jurnal Oseanografi.
Vol.4 No. 1. Universitas Diponogoro.
Kurniawan. S,
Muslim, S. Heny. 2014. Studi Kandungan
Radionuklida Cesium-137 (137cs) Dalam Sedimen Di Perairan Semenenjung Muria
Kabupaten Jepara. Jurnal Oseanografi
Nurhayati. 2006.
Distribusi Vertikal Suhu, Salinitas Dan
Arus Di Perairan Morotai Maluku Utara. Oseanoogi Dan Limnologi Di Indonesia
No 40: 29-41, LIPI, Jakarta
Purba. P. N., S.
Firman Dan R. Wijaya. 2010. Kajian Energi
Baru Dari Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) . Departemen Ilmu Dan Teknologi
Kelautan,Universitas Padjadjaran, Bandung.
Reza. A,
Muslim.,El. 2015. Analisa Jenis Sedimen
Di Perairan Pulau Tikus Bengkulu. Jurnal Oseanografi. Vol.4 No. 1. Universitas
Diponogoro.
Riyadi, dkk.
2005. Kajian Kualitas Perairan Laut Kota
Semarang Dan Kelayakannya Untuk Budidaya Rumput Laut. Pusat Pengkajian Dan
Penerapan Teknologi
Serly. M. A,Izmiarti
Dan Choirul. 2015. Komunitas Fitoplankton
Di Sekitar Sungai Utama Di Zona Litoral Danau Singkarak, Provinsi Sumatera
Barat. Online Jurnal Of Natural Science. Vol 4 No 3. Universitas Andalas. Sumatera
Barat.
Siwi, W.E.R.
2011. Pemantauan Dan Prediksi Dinamika
Parameter Fisik Dalam Kaitannyadengan Produktifitas Perairan Laut Dan Pesisir.
Balai Riset Dan Observasi Kelautan, Bali.
Triadmodjo.
2008. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta
Offset