Pola Arus Permukaan saat Surut di Sekitar Sungai Muara
Malalayang, Teluk Manado
Kelompok 4
Ketua
: Akwan Abdullah (E1I014017)
Anggota : Wiwik Ambarwati (E1I014002)
Andri Royadi (E1I012063)
Dosen Pengampu : Yar Johan, S.Pi,.M.Si
ILMU KELAUTAN
JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016
I. PENDAHULUAN
Perairan
pantai merupakan salah satu wilayah perairan yang memiliki banyak potensi bagi
kehidupan masyarakat pesisir diantaranya adalah usaha perikanan dan pariwisata.
Dalam pemanfaatkan daerah perairan pantai yang harus dipahami adalah mengenai
arus.
Demikian
dengan kawasan di perairan Teluk Manado, pemahaman tentang pola pergerakan arus
di perairan Teluk Manado sangat penting karena pada setiap harinya kawasan
perairan ini selalu dilibatkan dalam berbagai kegiatan dan berbagai
kepentingan. Selain itu juga pemahaman tentang arus di kawasan perairan ini
berguna dalam sisi pengelolaan sumberdaya juga berperan penting dalam sisi
keamanan pemanfaatan kawasan perairan (Rampengan, 2009).
Arus
merupakan salah satu faktor oseanografi yang sangat menarik untuk dikaji karena
memberikan informasi hidrografi (Sudarto dkk, 2013) dalam pemanfaatan daerah
perairan. Pola pergerakan arus di perairan pantai dipengaruhi oleh berbagai
faktor fifik. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah angin, arus pasang
surut dan volume aliran sungai (Geyer, 1997) dalam (Kamat dkk, 2014).
Tujuan
Pengukuran ini bertujuan
untuk mengetahui pola pergerakan massa air di perairan sekitar muara sungai
malalayang , khususnya pada saat air surut.
II.
METODOLOGI
1.
Waktu
dan Tempat Pengukuran
Pengukuran ini dilakukan
pada tanggal 22-24 Oktober 2014 pada empat titik lokasi di Muara Sungai
Malalayang Teluk Manado Sulawesi Utara.
2.
Alat
dan Bahan
Sejumlah alat yang
digunakan dalam pengukuran adalah seperti yang terlihat pada Tabel 1 di bawah
ini :
Tabel 1. Alat yang digunakan saat penelitian
No
|
Nama
|
Fungsi
|
1
|
Pelampung arus
|
Untuk mengukur arus
|
2
|
GPS
|
Pencatat posisi pelampung
diturunkan dan diambil
|
3
|
Perahu motor
|
Transportasi untuk ke
laut
|
4
|
Stopwacth
|
Mengetahui interval waktu
dalam penelitian
|
5
|
Alat tulis
|
Mencatat hasil data
yang diperoleh
|
Pada penelitian Rampengan (2009), alat yang digunakan
untuk mengukur arus adalah floater
current meter dan berpedoman pada
peta Lingkungan pantai Indonesia untuk menentukan titik-titik tempat
dilepaskannya floater current meter.
Keuntungn dari menggunakan pelampung adalah kita dapat
membuat pelampung tersebut sendiri dan biayanya juga murah berbeda dengan menggunakan
floater current meter yang alatnya harus membeli dan harganya lebih
mahal dari pelampung. Serta mengukur arus menggunakan floater current meter lebih
akurat karena kita dapat dengan akuran mengetahui besaran kecepatan arus dengan
melihat jumlah putaran arus di monitor. Sedangkan jika menggunakan pelampung
kita hanya mengikuti pergerakan pelampung saja.
3.
Langkah
Kerja
Pada
penelitian ini langkah kerja pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan dua
kumpulan pelampung arus yang dilepaskan pada waktu yang berbeda. Kumpulan pertama
(kumpulan A) terdiri atas lima unit pelampung yang dilepaskan pada suatu titik di muara
sungai pada saat air mulai bergerak surut. Kumpulan kedua (kumpulan B) terdiri
atas empat unit pelampung yang dilepaskan pada sekitar waktu pertengahan air
surut. Pelampung-pelampung tersebut dicatat posisinya satu per satu dengan
menggunakan GPS dari atas perahu. Interval pengukuran yang dilakukan adalah 10
menit, 20 menit, 30 menit dan 1 jam. Selain posisi, waktu saat penentuan posisi
pun dicatat. Setelah pelampung memasuku perairan yang sulit di jangkau dengan
perahu atau sudah keluar dari wilayah pengamatan, pelampung-pelampung diangkat
dan diposisikan lagi di suatu tempat sebagai awal pengamatan.
Pada
penelitian Rampengan (2009), perubahan posisi geografis dari floater current meter dicatat setelah 6
menit di perairan.
4.
Metode
Menurut Davis
JR (1972) dalam Rampengan (2009) teknik
pengukuran langsung arus di perairan terdiri atas 2 kategori yaitu metode
eularian dan metode lagrangian. Metode eularian adalah pengukuran arus yang
melewati satu titik geografis. Sedangkan metode lagrangian dilaksanakan dengan
cara mengikuti dan mengawasi pergerakan benda apung.
Pada
penelitian yang dilakukan oleh Kamat, dkk (2014) metode yang digunakan adalah
metode lagrangian. Penelitian dengan metode ini telah digunakan lebih dari tiga
dekade dan masih digunakan sampai saat
ini.
III. HASIL
DAN PEMBAHASAN
Gambar 1. Posisi
pelampung kumpulan A tanggal 23 Oktober 2014
Data posisi dari setiap
pelampung dibedakan berdasarkan kumpulan. Hal ini bertujuan supaya mempermudah
dalam pengamatan. Jalur dari setiap pelampung dapat saling menyilang sehingga
sulit untuk diikuti pada Gambar 1 (Kamat dkk, 2014). Sehingga untuk mempermudah
pengamatan diambil nilai rata-rata pada setiap
kumpulan pelampung.
Gambar 2. Aliran air rata
pada tanggal Gambar 3. Aliran air rata pada tanggal
23 Oktober
2014 pelepasan A 23 Oktober 2014 pelepasan B
Gambar 4. Aliran air rata
pada tanggal Gambar 5. Aliran air rata pada tanggal
24
Oktober 2014 pelepasan A 24 Oktober 2014 pelepasan B
Dengan
diketaui nilai rata-rata, maka akan terlihat jelas arah pelampung melaju. Pada
pertama pergerakan, arus membawa pelampung ke arah barat atau ke arah kiri dari
Muara Sungai Malalayang (Gambar 2 dan 4). Hal ini disebabkan karena adanhya
sisa pergerakan pada saat air pasang (Rampengan, 2009). Selain itu, pergerakan
ini cenderung tidak teratur (Gambar 4). Pergerakan yang tidak teratur ini
diakibatkan oleh interaksi antar arus dengan kondisi fisik garis pantai dan
topografi dasar perairan (Lewis, 1997) dalam (Kamat dkk, 2014). Ketika berada
pada pertengahan surut, pelampung bergerak ke timur dengan kecepatan yang
relatif lebih cepat. Kumpulan A terus
bergerak ke pantai dan akhirnya terdampar ke Pantai Batu Bahu Mall.
Sedangkan pada
saat pertengahan surut, kumpulan B bergerak ke arah timur atau cenderung
bergerak ke arah laut dengan jarak pelampung yang semakin jauh (Gambar 3 dan 6).
Namun beberapa saat kemudian, jarak antar pelampung kembali berdekatan dan
bergerak mendekati garis pantai Batu Bahu Mall. Tetapi pada pengamatan yang
dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2014, pelampung tidak terdampar ini
kemungkinan angin yang mempengaruhinya tidak kencang. Meskipun tidak terdampar
ke pantai namun posisi pelampung sulit dijangkau dengan perahu.
Menurut Pond
dan Pickard (1983) dalam Kamat, dkk (2014) yang menyebabkan terdamparnya
pelampung-pelampung tersebut ke pantai adalah angin sehingga angin menyebabkan
arus. Pada saat angin bertiup kencang ke arah timur maka angin tersebut
mendorong massa air bergerak ke pantai.
Berbeda halnya
dengan pengamatan Rampengan (2009) kecepatan arus tertinggi berada pada saat
surut yaitu lebih dari 5 Knot. Saat air bergerak surut, pada beberapa ruang di
perairan Teluk Manado arusnya terukur berkecepatan di atas 1m/det. Lihat Tabel
2.
Tabel
2. Frekuensi Kejadian
Kecepatan Arus Permukaan di Teluk Manado
Gambar 7. Pola arus pada saat surut di
perairan Teluk Manado
Pada
saat air surut, massa air dalam jumlah yang besar dengan cepat bergerak keluar
dari teluk. Keadaan ini mengakibatkan pada bagian utara dan selatan perairan Teluk
Manado arus bergerak ke kawasan teluk (Gambar 2). Sehingga arus pada penelitian
ini lebih dipengaruhi oleh pasang surut.
Pada
prinsipnya kedua hasil di atas mempunyai hasil yang sama, pada penelitian kamat
dkk (2014) menunjukkan arah atau pergerakan arus sedangkan pada penelitian
Rampengan (2009) menjelaskan arah arus serta kecepatan arus. ini berbeda karena
alat yang mereka gunakan berbeda.
IV.KESIMPULAN
Pada kedua pengamatan
terhadap arus di Muara Sungai Malalayang Teluk Manado di pengaruhi oleh
aktivitas angin sedangkan di Perairan Teluk Manado lebih dipengaruhi oleh
pasang surut.
DAFTAR
PUSTAKA
Kamat.Y.N,
dkk. 2014. Pola Arus Permukaan Saat Surut di Sekitar Muara Sungai Malalayang,
Teluk Manado. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1:99-104
Rampengan, R.M. 2009. Pengaruh Pasang Surut pada
Pergerakan Arus Permukaan di Teluk Manado. Jurnal Perikanan dan Kelautan 5(3):15-19
Sudarto,dkk. 2013. Kondisi Arus
Permukaan di Perairan Pantai: Pengamatan dengan Metode Lagrangian. Jurnal
Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 98-102.
0 komentar:
Posting Komentar