Selasa, 02 Februari 2016


LAPORAN
PRAKTIKUM PENGANTAR OSEANOGRAFI
PENGUKURAN PARAMETER FISIKA, KIMIA DAN BIOLOGI
DI PANTAI JAKAT, PANTAI PANJANG DAN PULAU BAII



DOSEN PENGAMPU     : YAR JOHAN, S.Pi.,M.Pi
   ARADEA BUJANA KUSUMA, S.Pi.,M.Pi

NAMA                               : WIWIK AMBARWATI
NPM                                  : E1I014002
CO ASS                             : VINNY MULYANI
                                            LENGGA MARTA SARI
                                            AFTI AYU PUTRI S
                                            NOVIA SANTRI SITUMEANG
                                            AHMAD PARIANSYAH
                                            SEBRINA SIHITE


PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat, karunia serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan praktikum pengantar oseanografi.dan merupakan salah satu tugas  dari mata kuliah pengantar oseanografi yang ada di Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Bengkulu.
Selaku manusia biasa, penulis sangat menyadari kemampuan yang dimiliki sehingga selesainya penulisan laporan ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih dan rasa hormat kepada:
1.      Bapak Yar Johan, S.Pi.,M.Si  dan Aradea Bujana Kusuma, S.Si.,M.Si  sebagai dosen pengampu mata kuliah pengantar oseanografi
2.      Sebrina Sihite, Vinni Mulyanti, Afti Ayu, Ahmad, Novia, Lengga Marta Sari selaku asisten dosen
3.      Ibu dan bapak ku yang selalu mendukung dalam segala hal baik berupa materi dan kasih sayang yang tidak ada bandingnya dengan kasih sayang orang lain
4.      Mr. A  N W Terima kasih atas tumpangan wifi nya. Sangat membantu sekali.
5.      Teman-teman kelompok  1 yang telah bekerja sama dalam praktikum
6.      Semua teman-teman “Ilmu Kelautan 2014” yang telah mau berbagi hasil praktikum pengantar oseanografi
Dengan penuh kesadaran diri dan kerendahan hati, penulis menyadari sepenuhnya bahwa baik isi, materi, maupun pembahasannya masih belum sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki sebagai penulis. Untuk itu penulis mengharapkan saran, kritik, dan masukan yang bersifat membangun senantiasa diharapkan untuk menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

                                                                                    Bengkulu,  Januari  2016

Wiwik Ambarwati


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau termasuk 9.638 pulau yang belum diberi nama dan 6.000 pulau yang tidak berpenghuni. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan panjang garis pantai lebih dari 81.000 km serta luas laut sekitar 3,1 juta km2 sehingga wilayah pesisir dan lautan Indonesia dikenal sebagai negara dengan kekayaan dan keanekaragaman hayati  laut terbesar di dunia dengan memiliki ekosistem pesisir seperti mangrove, terumbu karang dan padang lamun.
Provinsi Bengkulu adalah salah satu propinsi yang memiliki panjang garis pantai terpanjang di Indonesia. Bengkulu merupakan salah satu provinsi dengan luas pantai wilayah laut 387,6 Km2. Ini menunjukkan bahwa sumber energi yang ada di provinsi bengkulu sangat melimpah. Bukan hanya dalam sektor perikanan saja, namun dalam sumberdaya energinya pun juga sangat melimpah.
Wilayah pesisir merupakan wilayah yang sangat rentan terhadap tekanan lingkungan yang baik yang berasal dari daratan maupun dari laut. Salah satu tekanan yang akhir-akhir ini mengancam keberlangsungan wiayah pesisir di seluruh belahan dunia adalah adanya kenaikan muka air laut. Selain itu juga kandungan  yang seharusnya banyak dan melimpah di lautan sekarang sedikit demi sedikit hilang akibat pencemaran.
Dengan adanya pencemaran, kejernihan dan keaslian air laut  untuk sekarang ini harap di pertanyakan. Terutama perairan laut kota Bengkulu. Dapat dilihat dari hasil tangkapan nelayan yang tidak optimal dalam mendapatkan ikan. Untuk mengetahui kadar pencemaran  yang terjadi maka dapat kita tinjau dari perameter  fisika, parameter kimia dan parameter  biologi. Parameter fisika antara lain salinitas, suhu, kecerahan, kecepatan arus, pasang surut dan kedalaman, parameter kimia antara lain derajat keasaman (pH), oksigen terlarut, kandungan nitrat dan fosfat, sedangkan parameter  biologi antara lain plankton dan ikan.
Perkembangan serta pembangunan suatu daerah pesisir memberikan dampak yang kurang menguntungkann terhadap keberlangsungan sumberdaya alam. Adapun tingkat penentu kesuburan daerah perairan dapat dilihat dari kelimpahan fitoplankton dan kondisi kualitas fisika kimia perairan. 
Untuk pertumbuhan, manusia memerlukan protein dalam jumlah yang besar. Agar kebutuhan tersebut dapat terpenuhi maka manusia berusaha untuk meningkatkan produksi bahan pangan. Bahan pangan yang menjadi sumber protein adalah bahan pangan yang berasal dari hewan, terutama yang berasal dari ikan. Dengan berada di daerah pantai, Kota bengkulu belum dapat mengoptimalkan hasil lautnya. Ini mungkin dikarenakan parameter fisika dan kimia laut sudah sangat melenceng.
Dapat kita ketahui bahwa produksi ikan akan baik apabila jumlah makanan yang tersedia di lingkungan mencukupi. Di dalam perairan laut sumber makanan primer ikan adalah plankton. Kehidupan plankton juga  dipengaruhi oleh suhu dan salinitas. Dimana suhu merupakan suatu variabel yang menentukan sedangkan salinitas adalah faktor penting bagi penyebaran organisme perairan laut.
Bukan hanya saja salinitas, faktor arus juga mempengaruhi kehidupan plankton. Air laut dapat terjadi peristiwa upwelling dan downwelling yang menyebabkan pesebaran plankton di perairan laut. Namun gesekan menyebabkan  kecepatan arus di perairan menjadi semakin berkurang dengan bertambahnya kedalamannya.
Berhubungan dengan kedalaman, plankton dapat hidup di perairan yang hanya  mendapat cahaya matahari. Cahaya matahari tersebut berperan penting dalam proses fotosintesis yang di lakukan plankton jenis fitoplankton. Kemampuan cahaya menembus kedalaman ait tergantung pada kecerahan air laut. Apabila air laut mengalami keterbatasan  atau cahaya tidak dapat menembus air maka dapat dikatakan bahwa air laut tersebut mengalami kekeruhan.
Kekeruhan ini dapat disebabkan oleh hujan atau tercemarnya air sungai yang bermuara ke laut atau juga disebabkan oleh pasang surut air laut. Bukan hanya sampah yang terbawa melainkan tanah atau pasir yang ada di daratan. Apabila ini terus berlanjut maka akan terjadi pengikisan atau yang disebut erosi. Ini semakin menambah besar kerusakan atau ketidakstabilan yang terjadi di laut, apalagi jika ini terjadi di pantai Bengkulu, maka ikan yang ada di provinsi Bengkulu akan hilang. Dan pendapatan nelayan pun hilang. Oleh sebab itu maka harus adanya pengolahan atau pengawasan khusus terhadap perairan pesisir kota Bengkulu demi melestarikan semua sumberdaya lautnya yang ada.

1.2  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui dan mampu mengukur parameter fisika, kimia dan biologi seperti suhu, pH, kecerahan, salinitas, fitiplankton, pasang surut dan sedimen yang digunakan untuk menggambarkann karakteristik perairan laut serta mampu menganalisa dan menampilkan dalam bentuk diagram-diagram baku dari parameter-parameter yang digunakan.
2.      Mempelajari tata cara pengamatan pasang surut air laut.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasianan atau kadar garam terlarut dalam air. Pengertian yang lebih luas, salinitas adalah jumlah total dalam gram bahan-bahan terlarut dalam satu kilogram air laut jika semua karbonat   Salinitas biasanya dinyatakan dengan satuan (ppt) (Effendi, 2003). Air laut merupakan campuran dari 97% air dan 3% material terlarut. Satuan untuk salinitas adalah ‰ (per mil), Salinitas air laut di seluruh wilayah perairan di dunia berkisar antara 33 – 37 ‰ dengan nilai median 34,7 ‰, namun di Laut Merah dapat mencapai 40 ‰. Salinitas air laut tertinggi terjadi di sekitar wilayah ekuator, sedangkan terendah dapat terjadi di daerah kutub, walaupun pada kenyataannya sekitar 75 % air laut mempunyai salinitas antara 34,5‰ – 35 ‰ (Arindri, 2015).
Salinitas merupakan parameter yang tidak dapat ditinggalkan dalam penelitian di laut. salinitas merupakan jumlah dari seluruh garam-garaman dalam gram pada setiap kilogram air laut. Secara praktis, adalah susah untuk mengukur salinitas di laut, oleh karena itu penentuan harga salinitas dilakukan dengan meninjau komponen yang terpenting saja yaitu klorida (Cl). Kandungan klorida ditetapkan pada tahun 1902 sebagai jumlah dalam gram ion klorida pada satu kilogram air laut jika semua halogen digantikan oleh klorida. Penetapan ini mencerminkan proses kimiawi titrasi untuk menentukan kandungan klorida (Siwi, 2011).
Salinitas menjadi faktor penting bagi penyebaran organisme peraran laut. Air laut mengandung 3,5% garam-garaman, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tak terlarut (Arindri, 2015).. Keberadaan garam-garaman mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti: densitas, kompresibilitas, titik beku, dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat, tetapi tidak menentukannya. Beberapa sifat (viskositas, daya serap cahaya) tidak terpengaruh secara signifikan oleh salinitas. Selanjutnya hubungan antara salinitas dan Dua sifat yang sangat ditentukan oleh jumlah garam di laut (salinitas) adalah daya hantar listrik (konduktivitas) dan tekanan osmosis.
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu perairan. Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air termasuk garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion utama yaitu : natrium (Na), kalium (K), Kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit (Cl), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam suatu gram/kg atau promil (Effendi, 2003).
2.2  Suhu
Suhu adalah ukuran derajat panas atau dingin suatu benda. Alat yang digunakan untuk mengukur suhu disebut thermometer. Suhu memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan flora dan fauna laut diantaranya, komposisi kimia air laut, Sirkulasi massa air dan cepat rambat gelombang akustik. Matahari memiliki pengaruh paling besar terhadap perubahan suhu permukaan laut. Umumnya perubahan suhu air laut disebabkan adanya perpindahan panas dari massa air yang satu ke massa air yang lain. Hal lain yang dapat mengubah suhu air laut adalah konduksi panas dari atmosfir dan kondensasi dan evaporasi  uap air (Efrizal, 2006).
Faktor-faktor yang mempengeruhi suhu antara lain musim, ketinggian permukaan laut (attitude), waktu dalam hari,sirkulasi udara, penutup awan dan aliran serta kedalaman bahan air ( Nurhayati, 2006). Pengaruh suhu juga didasarkan oleh organisme aquatic. Organisme aquatic mempunyai kisaran suhu tertentu (batas atas dan bawah) yang disukai bagi pertumbuhannya. Misalnya algae dari filum chlorophyta dan diatom akan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 20 oC-30 oC.
2.3  Ph
pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan dan didefinisikan sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas ion hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut. Ia bersifat relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan persetujuan internasional (Riyadi,2005).
Menurut Ida (2015) pH didefinisikan sebagai aktifitas relatif ion hidrogen dalam suatu larutan. Kadar pH kultur mempengaruhi tingkat fotosintetik mikroalga. Dan kinerja enzim dalam metabolisme sel.
Air laut, dengan-kandungan ion-ion Ca dan Mg yang cukup besar, dapat mencegah terjadinya fluktuasi pH yang besar. Ion-ion Calsium dan Magnesium akan membentuk garam-garam karbonat dan bikarbonat dan campuran asam-asam karbonat tersebut dengan garam-garam membentuk suatu sistem penyangga (buffer) yang kuat (Efrizal, 2006). Oleh karena itulah, biasanya pH air laut berada sedikit di atas normal dan jarang keluar dari batas pH 7 - 9. Keadaan ini sangat menguntungkan hewan-hewan di dalamnya termasuk udang, yang karena aktivitas respirasinya menghasilkan CO2 mengakibatkan pH di sekitar insang agak turun, sehingga perlu segera dinetralkan kembali.
Pengukuran pH yang lebih akurat biasa dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sestem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda reffernsi,dan alat pengukur impedansi tinggi. pH elektroda dapat diasumsikan sebagai battery, dengan voltase yang bervariasi hasil pengukuran dari pH larutan yang diukur (Efrizal, 2006).
2.4  Kecerahan
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan atau sebagai cahaya yang diteruskan. Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan yang di ungkapkan dengan satuan meter sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu pengukuran dan padatan tersuspensi. Selain itu, kecerahan sangat dipengaruhi oleh kedalaman perairan karena semakin dalam perairan maka daerah yang dalam tidak mampu lagi di jangkau oleh cahaya (Riyadi,2005).
Kecerahan suatu perairan menetukan sejauh mana cahaya matahari dapat menembus suatu perairan dan sampai kedalaman berapa proses fotosintesis dapat berlansung sempurna. Kecerahan yang mendukung apabila Seichi disk mencapai 20-40 cm dari permukaan. Kecerahan merupakan ciri penentu untuk pencerahan, penglihatan yang mana suatu sumber dilihat memancarkan sejumlah kandungan cahaya (Effendi, 2003). Dalam kata lain kecerahan adalah pencerahan yang terhasil dari pada kekilauan sasaran penglihatan, Kecerahan merupakan suatu ukuran dimana cahaya didalam air yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel kaloid dan suspensi dari suatu bahan pencemaran
Kecerahan air laut ditentukan oleh kekeruhan air laut itu sendiri dari kandungan sediment yang di bawa oleh aliran sungai pada laut yang diketahui radiasi sinar matahari yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis. Tumbuhan laut akan kurang  dibandingkan dengan air laut jernih. Pada perairan laut yang dalam dan jernih, fotosintesis tumbuhan itu mencapai 200 meter,sedangkan jika keruh hanya mencapai 15-40 meter (Efrizal, 2006).
Adapun faktor-faktor kekeruhan suatu perairan yaitu: 
  1.   Benda-benda halus yang disuspensikan seperti lumpur. 
  2.   Jasad-jasad renik yang merupakan plankton 
  3.  Warna air yang ditimbulkan oleh zat-zat koloid yang berasal dari daun-daun tumbuhan yang terekstrak. 
  4.  Kondisi lingkungan yang ada disekitarnya seperti limbah rumah tangga dan pupuk kimia yang terbawa oleh sungai atau air hujan.
2.5  Fitolankton
Plankton adalah jasad atau organisme yang hidup melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti pergerakan/ arus air. (Afrisha, 2015). Plankton yang tergolong fitoplankton adalah jenis plankton yang umumnya beraktifitas pada pagi hingga siang hari. Hal ini dikarenakan fitoplankton merupakan jenis tumbuhan mikroskopis yang dapat berfotosintesis. Fitoplankton umumnya terdiri dari diatome dan dinoflagellata.
Fitoplanton atau kelompok  plankton tumbuhan merupakan mikroorganisme fotosintetik yang hidup melayang dan perpindahannya dalam air dipengaruhi oleh arus air ( Serly,2015). Kepadatan dan diversitas fotoplanton dalam perairan dipengaruhi oleh kondisi fisika kimia air terutama adalah cahaya, kandungan co2 bebas, suhu, ph dan zat hara (bahan nutrient). Fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator dalam mengetahui tinggi rendahnya produksi perikanan laut di perairan (Afrisha, 2015).
Keberadaan fitoplankton sangat berpengaruh terhadap kehidupan perairan karena memegang peran penting sebagai makanan bagi berbagai organisme laut. Sehingga tingkat penentu kesuburan suatu perairan dapat dilihat dari kelimpahan fitoplankton dan kualitas air (Efrizal, 2006).
2.6  Pasang surut
Pasang surut merupakan parameter oseanografi yang sangat berpengaruh di perairan. Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut karena adanya gaya tarik benda-benda di langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air di bumi (Adi, 2015). Pasang surut berkaitan dengan proses naik turunnya paras laut secara berkala yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda angkasa, terutama matahari dan bulan, terhadap massa air di bumi. Proses pasut dapat dilihat secara nyata di daerah pantai, mempengaruhi irama kegiatan manusia yang hidup di daerah pantai, seperti pelayaran, dan penangkapan/budidaya sumberdaya hayati perairan (Triadmodjo, 2008).
Pasang surut (sering disingkat pasut) adalah gergakan naik turunnya muka laut ecara berirama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan matahari. Matahari mempunyai massa 27 juta kali lebih besar dari massa bulan, tetapi jaraknya pun sangat jauh dari bumi (rata-rata 149,6 juta km). Sedangkan bulan sebagai satelit kecil jaraknya sangat dekat ke bumi (rata-rata 381.160 km). Triadmodjo (2008) mengemukakan dalam mekanika alam semesta, jarak lebih menentukan daripada massanya. Oleh karena itu, bulan mempunyai peranan yang lebih besar daripada matahari dalam menentukan pasang surut.
2.7  Sedimen
Sedimen adalah pecahan, mineral, atau material organik yang ditransforkan dari berbagai sumber dan diendapkan oleh media udara, angin, es, atau oleh air dan juga termasuk didalamnya material yang diendapakan dari material yang melayang dalam air atau dalam bentuk larutan kimia (Hidayat, 2014).
Erosi merupakan proses pengikisan sedimen oleh air laut yang terjadi secara alami maupun  karena adanyaaktivitas manusia. Marerial sedimen akibat pengikisan daratan akan terangkut dan terendapkan oleh oleh proses mekanik arusdari laut. Material sedimen yang mengenda ini dapat mempengaruhi kegiatan biota laut yang ada di perairan laut (Reza, 2015).
Kurniawan (2014) mendefinisikan sedimen laut sebagai akumulasi dari mineral-mineral dan pecahan-pecahan batuan yang bercampur dengan hancuran cangkang dan tulang dari organisme laut serta beberapa partikel lain yang terbentuk lewat proses kimia yang terjadi di laut. sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.
Dalam suatu proses sedimentasi, zat-zat yang masuk ke laut berakhir menjadi sedimen. Dalam hal ini zat yang ada terlibat proses biologi dan kimia yang terjadi sepanjang kedalaman laut. Sebelum mencapai dasar laut dan menjadi sedimen, zat tersebut melayang-layang di dalam laut. Setelah mencapai dasar laut pun, sedimen tidak diam tetapi sedimen akan terganggu ketika hewan laut dalam mencari makan. Sebagian sedimen mengalami erosi dan tersuspensi kembali oleh arus bawah sebelum kemudian jatuh kembali dan tertimbun (Reza, 2015). Terjadi reaksi kimia antara butir-butir mineral dan air laut sepanjang perjalannya ke dasar laut dan reaksi tetap berlangsung penimbunan, yaitu ketika air laut terperangkap di antara butiran mineral.
2.8  Arus
Arus adalah pergerakan massa air yang terjadi di lautan dalam skala yang sangat luas baik secara horizontal maupun vertikal ( Julian, 2015). Sistem arus utama umumnya terdapat di samudera-samudera dunia, tetapi pada skala yang lebih kecil juga terdapat arus-arus tertentu yang bergerak secara teratur. Arus-arus ini adalah bagian dari pengetahuan awal yang didapat manusia dari pelayaran.
Samudra pasifik ternyata memiliki arus laut yang kuat. Aliran arus laut karena pasang surut atau arus sungai menyimpan energi hidro kinetik yang dapat dikonversikan menjadi daya listrik. Perubahan kecepatan arus yang sangat besar dipengaruhi oleh gaya pasang surut yang bekerja menyebabkan pergerakan massa air. Perubakan kecepatan ini diakibatkan perbedaan batimetri dan pergerakan elevasi muka air (Purba, 2010).



BAB III
METODOLOGI
3.1  Waktu dan Tempat
Praktikum pengantar oseanografi ini dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2016 di 3 lokasi  yang berbeda yaitu, pada pukul 08.00 – 12.00 WIB bertempat di Pantai Zakat Kota Bengkulu, pada pukul 13.00 – 14.00 WIB bertempat di pantai panjang kota bengkulu dan pada pukul 15.00 – 18.00 WIB bertempat di Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu.
3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum ini adalah papan skala, tali, sechi disk, kompas, grab sampler, refraktometer, aquades, pH meter, termometer, plantonet, parasut meter, botol UC dan perahu.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air laut (pantai Zakat, pantai Panjang dan Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu).
3.3  Prosedur Kerja
3.3.1        Salinitas
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran salinitas yang berfungsi untuk mengetahui kadar garam dalam satu liter air laut adalah sebagai berikut :
1)      Menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahannya adalah refraktometer untuk mengukur salinitas air laut, pipet tetes untuk memindahkancairan dalam skala kecil, aquades sebagai kalibrasi refraktometer, tissu untuk mengeringkan refraktometer.
2)      Mengkalibrasi membran refraktometer dengan aquades dan dikeringkan menggunakan tissu secara searah.
3)      Mengambil air laut dengan menggunakan pipet tetes
4)      Meneteskannya sebanyak 1-2 tetes pada refraktometer
5)      Catat pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan.



3.3.2        Suhu
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran suhu adalah sebagai berikut:
1)      Mencelupkan thermometer secara langsung ke dalam perairan dan biarkan beberapa saat ( ± 2 menit )
2)      Secara cepat diangkat llalu dibaca nilai suhu pada skala thermometer Hg sebelum terpengaruh oleh suhu sekitar dan untuk memperoleh suhu yang maksimal.
3)      Melakukan pengukuran ini sebanyak 3 kali
4)      Catat pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan tersebut.

3.3.3        pH
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran pH adalah sebagai berikut :
1)      menyiapkan alat dan bahan. Alat dan bahannya yaitu kotak standar pH untuk menentukan nilai pH, pH meter digunakan untuk pH air laut.
2)      Menyiapkan ph meter dan menyelupkannya ke dalam sample air laut yang akan diukur derajat keasamannya
3)      Kemudian mengankatnya dan mengkibas-kibaskannyahingga setengah kering.
4)      Selanjutnya mengamati perubahan warna yang terjadi.
5)      Mencocokkan warnanya dengan kotak standar pH dan menentukan nilai pHnya sesuai dengan warna pada kotak standar pH sehingga didapat hasilnya.
6)      Catta pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan

3.3.4        Kecerahan
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran kecerahan ada 2 cara yaitu :
Cara 1.
1)      Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan seperti sechi disk dan meteran.
2)      Menentukan lokasi pengukuran kecerahan
3)      Menurunkan sechi disk secara perlahan hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam pada sechi disk tidak lagi terlihat.
4)      Kemudian mengukur panjangnya dengan meteran atau penggarispanjang.
5)      Setelah itu secara perlahan tarik sechi disk keatas hingga warna hitam pada sechi disk tersebut kembali terlihatlalu ukur juga berapa panjangnya, ini adalah batas tampak.
6)      Setelah mendapatkan niai batas tidak tampak dan batas tampak, maka jumlahkan kedua nilai tersebut lalu dibagi dua. Ini merupakan nilai kecerahan.
7)      Catat pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan
Rumus untuk menghitung kecerahan adalah sebagai berikut:
Kecerahan air (cm) =
Cara 2.
Menentukan kecerahan parairan dapat dilakukan dengan menggunakan alat sechi disk. Alat ini diturunkan ke dalam perairan,kemudian mengukur kedalaman menghilang sechi disk. Untuk mendapatkan nilai kecerahan menggunakan rumus :
Kecerahan air (cm) =

3.3.5        Fitoplankton
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran suhu adalah sebagai berikut:
1)      Melakukan pengambilan sample plankton pada saat – saat tertentu, yaitu pada pukul 18.00 ; 00.00 ; 06.00 dan 12.00 WIB.
2)      Memasukkan 1 ember air ke dalam planktonnet
3)      Kemudian memasukkan hasil penyaringan dimasukkan ke dalam botol film dan dan diberi formalin.
4)      Mengamati sampel yang telah diambil menggunakn mikroskop.

3.3.6        Pasang Surut
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran suhu adalah sebagai berikut:
1)      Mengukur pasang surut menggunakan tidal pasut.
2)      Melakukakn pengukuran setiap 30 menit dengan lama pengamatan 10 jam. Catat tinggi pasang surut tiap 30 menit.
3)      Catat pengamatan sebanyak 6 kali pengulangan.

3.3.7        Sedimen
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran sedimen adalah sebagai berikut:
1)      Mengambil sampel sedimen dengan menggunakan grab sampler pada lokasi sampling yang telah ditentukan
2)      Tempatkan sampel yang telah didapatkan kedalam kantong plastik, usahakan tidak ada gelembung udarapada saat membungkus sampel. Hal ini untuk menghindari kemungkinan kantong plastik pecah. Kemudian ukur parameter lingkungan lainnya seperti suhu perairan, kecepatan, arah arus dan kecerahan serta kedalaman perairan lokasi sampling.
3)      Sampel yang telah siap di laboratorium di tempatkan pada wadah (kertas timah) kemudian ditimbang berat basahnya, yaitu 150 garm untuk setiap sampel dengan menggunakn timbangan analitik.
4)      Sampel basah yang telah ditimbang beratnya, dikeringkan dengan menggunakn oven /kompor pada suhu 1050C sampai tidak ada lagi kandungan airnya.
5)      Sampel yang telah kering tempatkan dalam cawan porselin tambahkan larutan hidrogen peroksida 3% secukupnya lalu gerus hingga halus.
6)      Sampel yang telah di dgerus, rendam dalam air lalu bilas dengan menggunakan ayakan bertingkat untuk mendapatkan fraksi sedimen yang berbeda sesuai dengan ukurannya masing – masing.
7)      Ambil masing – masing sampel yang tertahan pada masing-masing tingkatan ayakan tempatkan kedalam wadah sementara itu fraksi sedimen yang masih lolos tempatkan dalam wadah botol untuk analisi fraksi lumpur.
8)      Keringkan fraksi  sampel pasir yang telah didapat sesuai ukuran mesh size  dengan menggunakan oven setelah kering timbanglah berat masing-masing sampel.
9)      Masukkan data berat masing-masing fraksi kedalam tabel perhitungan yang telah disiapkan sebelumnya.
10)  Fraksi pasir dapat dianalisis dengan menggunakn metoda settling tube dan metode pengayakan
11)  Fraksi lumpur dianalisis dengan menggunakan metode pipet

3.3.8        Arus
Prosedur kerja dalam melakukan pengukuran arus  adalah sebagai berikut:
1)      Sediakan tali sepaanjang 5 meter untuk mengikat botol, parasut arus dan pelampung yang dipasang pada tali, stopwatch untuk menghitung lamanya tali menegang dan kompas sebagai penunjuk arah.
2)      Parasut arus dihubungkan dengan tali sepanjang ± 30 cm, kemudian hubungkan lagi dengan tali sepanjang 5 meter.
3)      Menghanyutkan parasut meter mengikuti arus bersamaan dengan menyalakan stopwatch.
4)      Setelah tali meneganga maka stopwatch dimatikan dan mencatat lama waktu yang digunakann untuk menegangkan tali yang sepanjang 5 meter tersebut.
5)      Menghitung kecepatan arus  : waktu tempuh dan dicatat dalam satuan meter/detik.
6)      Catat pengamatan sebanyak 3 kali pengulangan.


3.4   
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
4.1.1 Titik Koordinat
Tabel 1. Titik koordinat praktikum berdasarkan GPS
No
Wilayah 
Lokasi
1
Pantai Jakat
S : 030 46’ 40.790”
E : 1020 15’ 35.486”
2
S : 030 46’37.795”
E : 1020 5’ 33.673”
3
S : 030 46’ 29
E : 1020 15’ 33.234”
4
Pantai Panjang
S : 030 48.641”
E : 1020 15. 698”
5
Pulau Baii
S : 030. 54.013
E : 1020 26.303
6
S : 030 53.760”
E : 1020 16.813”
7


4.1.2 Pengukuran salinitas
-Tidak ada  hasil
4.1.3 Pengukuran suhu
Tabel 2. Hasil pengukuran suhu
Pengulangan
Kel.1
Kel.2
Kel.3
Kel.4
Kel.5
Kel.6
Kel.7
1
28
27
28
28
29
29
27
2
28
28
29
29
29
29
28
3
29
29
29
28
29
29
28
rata-rata
28,3
28
26,67
28,3
29
29
27,7
Keterangan : kel 1-3    = pantai Jakat
Kel 4       = pantai Panjang
Kel 5-7   =pulau Baii
4.1.3 Pengukuran pH
Tabel 3. Hasil pengukuran pH
Pengulangan
Kel.1
Kel.2
Kel.3
Kel.4
Kel.5
Kel.6
Kel.7
1
6
7
7
7
7
7
7
2
6
7
7
7
7
7
7
3
6
7
7
7
7
7
7
rata-rata
6
7
7
7
7
7
7
Keterangan : kel 1-3    = pantai Jakat
Kel 4       = pantai Panjang
Kel 5-7   =pulau Baii
4.1.4 Pengukuran kecerahan
Tabel 4. Hasil pengukuran kecerahan
No
Pengulangan
waktu (s)
Jarak tidak tampak
waktu (s)
Jarak tampak
Kecerahan
1.
1
51
100
6
60

76



2
24
78
21
60

3
31
100
6
60

Rata-rata
35
93
11
60
2.
1
52
140
17
100

210



2
51
320
36
220

3
50
320
18
160

Rata-rata
51
260
24
160
3.
1
37
200
33,2
160

175



2
20
200
34
190

3
37
180
40
120

Rata-rata
31
193
36
157
4.
1
20
280
30
210

238



2
20
270
30
190

3
20
275
30
205

Rata-rata
20
275
30
202
5.
1
10
400
27
280

390



2
12
500
30
300

3
14
520
32
340

Rata-rata
12
473
30
307
6.
1
30
560
45
500

473



2
25
500
50
480

3
27
440
42
360

Rata-rata
27
500
46
447
7.
1
62
200
42
100

212



2
70
370
40
120

3
72
380
42
100

Rata-rata
68
317
41
107
Keterangan : No  1-3  = pantai Jakat
No 4        = pantai Panjang
No  5-7   =pulau Baii
4.1.5 pengukuran sedimen
Tabel 5. Hasil pengukuran sedimen
No
Substrat
Lokasi
1
 Pasir berlumpur
Pantai Jakat
2
Pasir berlumpur
3
Pasir berlumpur
4
pasir
Pantai Panjang
5
pasir
Pulau Baii
6
pasir
7
lumpur


4.1.6 pasang surut
Tabel 6. Hasil pengukuran pasang surut
No
Jam (WIB)
Pasang  (cm)
Surut (cm)
1.
07.30 - 08.00
161,67
90
2.
08.00 - 08.30
178,33
104,5
3.
08.30 - 09.00
171,67
118,33
4.
09.00 - 09.30
173,33
156,67
5.
09.30 - 10.00
210
113,33
6.
10.00 - 10.30
191,67
143,33
7.
10.30 - 11.00
193,33
145,83
8.
11.00 - 11.30
198,33
140
9.
11.30 - 12.00
188,33
137,5
10.
12.00 - 12.30
189,17
136,67
11.
12.30 - 13.00
195
114
12.
13.00 - 13.30
195,83
130,17
13.
13.30 - 14.00
200
116,5
14.
14.00 - 14.30
185
113,33
15.
14.30 - 15.00
188,33
120
16.
15.00- 15.30
189,17
110
17.
15.30 - 16.00
175
119,17
18.
16.00 - 16.30
168,33
108,33
19.
16.30 - 17.00
188
128,33
20.
17.00 - 17.30
186,67
126,67

4.1.7 pengukuran arus
Tabel 7. Hasil pengukuran arus
No
Pengulangan
waktu(s)
Panjang (m)
arus (m/s)
1.
1
152
5
0,033




2
150
5

3
155
5

Rata-rata
152
5
2.
1
74
5
0,066




2
80
5

3
75
5

Rata-rata
76
5
3.
1
81
5
0,060




2
84
5

3
86
5

Rata-rata
84
5
4.
1
24
5
0,211




2
24
5

3
23
5

Rata-rata
24
5
5.
1
30
5
0,117




2
58
5

3
40
5

Rata-rata
43
5
6.
1
39
5
0,128




2
46
5

3
43
5

Rata-rata
43
5
7.
1
41
5
0,122




2
35
5

3
32
5

Rata-rata
36
5

4.2  Pembahasan
Kondisi parameter lingkungan perairan di perairan pesisir bengkulu mempunyai karakteristik yang berbeda. Parameter yang diukur yakni parameter fisika yang terdiri dari salinitas, suhu, pH, kecerahan, pasang surut, sedimen dan arus, parameter kimia dan parameter biologi yang terdiri dari fitoplankton. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran parameter lingkungan perairan disajikan dalam bentuk tabel, grafik  dan gambar.
4.2.1        Salinitas
Alat yang digunakan dalam mengukur salinitas adalah refraktometer. Dalam praktikum yang dilaksanakna di tiga lokasi yang berbeda yakni pantai jakat, pantai panjang dan pulau baii kami tidak melakukan pengukuran salinitas dikarenakan pada saat praktikum alat refraktometernya rusak sehingga tidak dilakukan pengukuran salinitas.
4.2.2        Suhu
Tabel 8 .Hasil pengukuran suhu
No
Wilayah
Suhu (0C)
1
Pantai Jakat
27,66
2
Pantai panjang
28,3
3
Pulau Baii
28,57
Data analisa di atas diambil dari 3 lokasi yang berbeda. Lokasi pertama yakni pantai Jakat terdiri dari kelompok 1, kelompok 2 dan kelompok 3 dengan nilai rata-rata suhu sebesar 27,660C diambil pada pukul 08.00-12.30 WIB dalam keadaan mendung. Lokasi kedua yakni  pantai panjang  terdiri dari kelompok 4 dengan nilai rata-rata sebesar 28,30C  diambil pada pukul 13.00-14.00 WIB dan lokasi ketiga yakni pulau Baii dengan nilai rata-rata suhu sebesar 28,570C.Secara keseluruhan suhu perairan di lokasi praktikum di tiga wilayah tersebut tidak mengalami perbedaan yang mencolok dan masih mendukung untuk berjalannya aktivitas organisme perairan
Gambar 1. pengambilan suhu dengan termometer di pantai Jakat Bengkulu
4.2.3        pH (Derajat Keasaman)
Air laut mempunyai kemampuan penyangga yang sangat besar untuk mencegah perubahan pH. Perubahan pH sedikit saja dari pH alami akan memberikan petunjuk terganggunya sistem penyangga. Ph air laut di permukaan indonesia umumnya bervariasi dari 6,0 – 8,5.
Tabel 9. data hasil pengamatan pH di wilayah yang berbeda
No
Wilayah
Ph
1
Pantai Jakat
6,7
2
Pantai panjang
7
3
Pulau Baii
7
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa  wilayah pantai zakat mendapatkan data pH sebesar 6,7. Sedangkan pada wilayah pantai panjang dan pulau baii ph nya sebesar 7. Perbedaan ini di sebabkan bahwa dalam pengambilan data  di  parairan pantai jakat kondisi lingkungan mendung dan  setelah selesai pengambilan data pH selesai  (kelompok 1) hujan turun rintik-rintik. Sedangkan pada wilayah pantai panjang dan pulau baii pengambilan data sesudah hujan.

Gambar 2. pengambilan data sebelum hujan
Keadaan perairan pantai zakat  pada saat pengambilan data pH (kelompok 1) kondisi airnya belum tercampur dengan air hujan. Sedangkan keadaan air pada saat pengambilan data pH  di pantai  panjang dan pulau baii, air laut dan air hujan sudah tercampur sehingga ph nya  7 bersifat netral.
4.2.4        Kecerahan
Sinar matahari mempunyai arti penting dalam hubungannya dengan beraneka gejala, termasuk penglihatan, fotosintesis, dan pemanasan.tingkat kecerahan dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan intensitas sinar matahari yang masuk ke perairan. Dalam pengukuran kecerahan perairan menggunakan  atat yang disebut sechi disk (gambar ).
Gambar 3. Persiapan sechi disk
Dengan membandingkan tingkat kecerahan yang telah dilakukan pada saat praktikum di tiga  lokasi yang berbeda di dapat kan bahwa tingkat kecerahan perairan pesisir pantai Bengkulu  antara 76-473. Tingkat kecerahan tertinggi berada pada lokasi di pulau Baii dengan nilai 473. Dimana kawasan tersebut terdapat sedikit sungai  sehingga sedikit membawa sedimen serta waktu pengambilan data yang lagi panas akibat sinar matahari. Sedangkan nilai kecerahan yang paling kecil berada di pantai Jakat dengan nilai 76. Ini dikarenakan pada saat pengambilan data cuacanya mendung serta diambil pada waktu pagi hari.
4.2.5        Fitoplankton
Pada praktikum mengetahui jumlah fitoplankton ini dilakukan pada tiga lokasi yang berbeda dan waktu yang berbeda pula. Dalam praktikum ini alat yanng digunakan dalam mengambil plankton adalah plankton net (gambar 4).
Gambar 4. Plankton net
            Dari hasil pengumpulan plankton yang telah dilakukan, fitoplankton paling banyak berada di perairan sekitar pantai Jakat. Ini dibuktikan dengan jumlah mikroorganisme yang lebih banyak daripada di perairan pantai Panjang dan perairan pulau Baii. Dapat dikatakan fitoplankton karena mikroorganisme yang terdapat di botol UC tersebut berwarna hijau yang menunjukkan bahwa itu klorofil. Telah kita ketahui bahwa plankton yang mempunyai klorofil adalah fitoplankton.
            Fitoplankton banyak ditemukan di perairan pantai Jakat karena pada waktu pengambilannya dilakukan pada waktu pagi hari. Dimana pada waktu pagi hari  fitoplankton bersiap-siap dalam melakukan fotosintesis. Serta di perairan pantai jakat berdekatan dengan muara sungai sedangkan pantai panjang dan pulau baii berada jauh dari muara sungai. Ini disebabkan karena di muara sungai terdapat banyak unsur hara yang terbawa ke laut.
4.2.6        Pasang surut
Data pasang surut didapat dari pengamatan langsung yang dilakukan selama kurang lebih 5 jam dengan selang waktu pengukuran 30 menit di perairan antai Jakat. Pengukuran menggunakan papan pasang surut atau papan skala dengan ketinggian 0 -200 cm.
Gambar 5. Pengukuran pasang surut dengan menggunakan papan pasut
Gambar 6. Grafik data pasang surut  di pantai Jakat
Hasil pengamatan pasang surut di pantai jakat termasuk pasang surut harian tunggal. Terlihat pada Gambar 6 dimana bahwa dalam satu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut. Pasang tertinggi pada saat pengukuran kelima pada pukul 09.00- 10.00 WIB dengan ketinggian  210 cm dan surut terendah pada ketinggian 90 cm yang dilakukan pengukuran pertama pada pukul 07.30-08.00 WIB.
4.2.7        Sedimen
Lokasi praktikum dibagi menjadi 3 tempat yakni pantai jakat yang terdiri kelompok 1, kelompok 2 dan kelompok 3, pantai panjang yang terdiri dari kelompok 4 dan pulau baii terdiri dari kelompok 5, kelompok 6 dan kelompok 7. Sampel sedimen laut diambil menggunakn eksman grap dan disimpan kedalam plastik dan selanjutnya dianalisis.
Gambar 7. Eksman grap
Gambar 8. Sedimen yang didapat
            Hasil analisa sedimen yang ada di perairan pantai jakat disajikan dalam Tabel 6. Pada lokasi pantai jakat jenis sedimen yang ditemukan adalah pasir berlumpur, di pantai panjang jenis sedimen yang ditemukan adalah pasir serta di pulau baii terdapat 2 jenis  sedimen yaitu pasir dan lumpur.
            Hal ini memungkinkan bahwa pada lokasi pantai jakat sedimen cenderung berasal dari daratan yang terbawa oleh sungai karena lokasi pengambilan sampel di pantai jakat dekat dengan muara sungai.
4.2.8        Arus
Arus merupakan faktor yang sangat penting terutama bagi alat tangkap  yang pengoperasiannya memanfaatkan arus. Pengukuran kecepatan arus menggunakan parasut meter ( gambar 8).
Gambar 9. Parasut meter
Pengukuran data dilakukan di pantai zakat (gambar 9) dengan titik koordinat    garis  lintang 030 46’ 40.790” dan garis bujur 1020 15’ 35.486” ( kelompok 1).
Gambar 10. Proses parasut meter diletakkan ke laut
Tabel 10. Hasil data kecepatan arus
No
Wilayah
Kecepatan Arus (m/s)
1
Pantai Jakat
0,053
2
Pantai Panjang
0,211
3
Pulau Baii
0,122
Kecepatan arus dapat dibedakan menjadi 4 katagori yakni kecepatan arus 0-0,25 m/dtk yang disebut arus lambat ,kecepatann arus 0,25-0,30 m/dtk yang disebut arus sedang, kecepatan arus 0,50-1 m/dtk di sebut arus cepat dan kecepatan arus diatas 1 m/dtk disebut arus sangat cepat.
Hasil pengamatan terhadap kekuatan arus berdasarkan data yang di dapat di lapangan diperoleh di perairan pantai Panjang memiliki arus yang paling besar yaitu sebesar 0,211 m/s dan arus yang paling kecil berada di perairan pantai Jakat yaitu sebesar 0,053 m/s . inilah kenapa pemerintah provinsi Bengkulu membuat larangan supaya pengunjung pantai panjang dilarang mandi di sana dan menyarankan mandi di pantai Jakat.





BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Dari praktikum yang telah di lakukan bahwa dari 3 lokasi yang berbeda mendapatkan hasil yang berbeda pula. Dimana di lokasi pantai Jakat memiliki suhu permukaan air terendah yakni 27,660C, pantai Panjang sebesar 28,30C dan pulau Baii sebesar 28,570C. Demikian juga dengan derajat keasaman, pantai  jakat memiliki pH sebesar 6,7 sedangkan pantai Panjang dan pulau Baii memiliki ph sebesar 7 (netral). Perairan yang memiliki tingkat kecerahan paling tinggi adalah pulau Baii dan yang paling rendah pantai jakat. Sedimen yang ditemukan ada 3 jenis yaitu pasir berlumpur,pasir dan lumpur. Plankton yang banyak di temukan di pantai Jakat sedangkan yang paling sedikit ditemukan di pantai Panjang. Arus di pantai panjang sangat besar di bandingkan dengan 2 lokasi lainnya. Serta pasang surut yang terjadi di pesisir kota bengkulu adalah pasang surut tipe pasang surut harian tunggal.
Secara keseluruhan, kualitas fisik maupun kimia di perairan kota Bengkulu masih dapat di perbaiki dengan menjaga kelestarian perairan. Dengan demikian keadaan laut Bengkulu kembali terjaga.
5.2  Saran
Alangkah baiknya apabila melakukan praktikum asisten dosen kompak dalam membimbing praktikan supaya praktikan tidak bingung. Waktu dalam melakukan praktikum harus dimanajemen terlebih dahulu supaya tidak kemalaman pulangnya. Tempat praktikum sebaiknya ditentukan terlebih dahulu supaya tidak berpindah-pindah.
Serta untuk praktikum selanjutnya, asisten lebih tegas dalam menyingkapi tingkah praktikan, jangan plin-plan. Serta bedakan kegiatan praktikum serta penelitian supaya tidak mengganggu kegiatan praktikum.



DAFTAR PUSTAKA

Adi. N, Dwi. H. I, Baskoro. R. 2015.Studi Karakteristik Dan Co-Range Pasang Surut Di Teluk Lembar Lombok Nusa Tenggara Barat. Jurnal Oseanografi. Vol. 4 No. 1.Universitas Diponogoro.
Afrisha. C. K, M. Yusuf Dan Sri. Y.W. 2015. Sebaran Horizontal Konsentrasi Nitrat (NO3-) Dan Kelimpahan Pitoplankton Pada Bulan Desember 2013 Di Perairan Komodo Nusa Tenggara Timur. Jurnal Oseanografi. Vol. 4 No. 1.Universitas Diponogoro.
Arindri. D. H, Purwanto, Jarot. M. 2015. Pemodelan Distribusi Salinitas Dan Suhu Permukaan Laut Perairan Selat Bali Bagian Selatan Pada Musim Timur. Jurnal Oseanografi. Vol.4 No. 1. Universitas Diponogoro.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius
Efhrizal. 2006. Hubungan Beberapa Parameter Kualitas Air Dengan Kelimpahan Fitoplankton Di Perairan Pulau Penyengat Kota Tanjung Pinang Provinsi Kepulauan Riau. Jurnal Fakultas Kelauatan Dan Perikanan Universitas Raja Ali Haji. Tanjung Pinang, Kepulauan Riau
Hidayat. 2014. Kajian Sebaran Ukuran Butir Sedimen Di Perairan Gresik Jawa Timur. Jurnal Oseanografi
Ida Ayu. A, M.Dewi.A, I Wayan Arnata. 2015. Optimasi Salinitas Dan Ph Awal Media Bg-11terhadap Konsentrasi Biomassa Tetraselmis Chuii. Jurnal Jurusan Teknik Industri Pertanian, Fakultas Teknik Pertanian Universitas Udayana. Bali
Julian. S, Purwanto, Aris. I. 2015. Studi Pola Arus Dan Potensi Energi Arus Laut Di Perairan Ujong Pancu Aceh Besar. Jurnal Oseanografi. Vol.4 No. 1. Universitas Diponogoro.
Kurniawan. S, Muslim, S. Heny. 2014. Studi Kandungan Radionuklida Cesium-137 (137cs) Dalam Sedimen Di Perairan Semenenjung Muria Kabupaten Jepara. Jurnal Oseanografi
Nurhayati. 2006. Distribusi Vertikal Suhu, Salinitas Dan Arus Di Perairan Morotai Maluku Utara. Oseanoogi Dan Limnologi Di Indonesia No 40: 29-41, LIPI, Jakarta
Purba. P. N., S. Firman Dan R. Wijaya. 2010. Kajian Energi Baru Dari Arus Lintas Indonesia (ARLINDO) . Departemen Ilmu Dan Teknologi Kelautan,Universitas Padjadjaran, Bandung.
Reza. A, Muslim.,El. 2015. Analisa Jenis Sedimen Di Perairan Pulau Tikus Bengkulu. Jurnal Oseanografi. Vol.4 No. 1. Universitas Diponogoro.
Riyadi, dkk. 2005. Kajian Kualitas Perairan Laut Kota Semarang Dan Kelayakannya Untuk Budidaya Rumput Laut. Pusat Pengkajian Dan Penerapan Teknologi
Serly. M. A,Izmiarti Dan Choirul. 2015. Komunitas Fitoplankton Di Sekitar Sungai Utama Di Zona Litoral Danau Singkarak, Provinsi Sumatera Barat. Online Jurnal Of Natural Science. Vol 4 No 3. Universitas Andalas. Sumatera Barat.
Siwi, W.E.R. 2011. Pemantauan Dan Prediksi Dinamika Parameter Fisik Dalam Kaitannyadengan Produktifitas Perairan Laut Dan Pesisir. Balai Riset Dan Observasi Kelautan, Bali.
Triadmodjo. 2008. Teknik Pantai. Yogyakarta: Beta Offset

2 komentar: