Sabtu, 17 September 2016

          Assalamualaikum sobat lautku yang di rahmati Allah.

NAMA: WIWIK AMBARWATI
NPM:E1I014002
QUIZ: 2

Apa kabar minggu ini?? Sehat to.. Ni ada kabar gembira untuk kita semua kulit manggis kini ada ekstraknya.. Hahhaaa kok malah iklan to...
          Pemetaan adalah pengelompokan suatu kumpulan wilayah yang berkaitan dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi wilayah dataran tinggi , pegunungan , sumberdaya dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang memiliki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat.

         Tujuan pembuatan peta antara lain sebagai berikut:
  • membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, atau perencanaan,
  • analisis data spasial, misalnya perhitungan volume,
  • menyimpan informasi,
  • membantu dalam pembuatan suatu desain, misal desain jalan
  • komunikasi informasi ruang. 
Berdasarkan sumber datanya, peta dapat digolongkan menjadi dua jenis yaitu:
a. Peta Induk (Basic Map) : peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan.
b. Peta Turunan (Derived Map) :
peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan.

Berdasarkan isi data yang disajikan, Peta dapat kita bagi menjadi dua macam yaitu:
1. Peta Umum : peta yang menggambarkan semua topografi di permukaan bumi seperti unsur alam (sungai, danau), unsur buatan manusia (jembatan, jalan dll) maupun bentuk permukaan bumi (gunung, lembah), yang meliputi;

a) Peta Topografi : peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya.
b) Peta Chorografi : peta yang menggambarkan permukaan bumi secara umum.
c) Peta Dunia :  peta yang menggambarkan permukaan bumi secara luas dengan menggunakan skala kecil.

2. Peta Tematik : peta yang menggambarkan informasi dengan tema-tema tertentu/khusus.

Berdasarkan skala yang digunakan, peta terbagi menjadi beberapa jenis antara lain:
  1. Peta Kadaster/Peta Teknik : Peta yang mempunyai skala sangat besar yakni antara 1 : 100 – 1 : 5000. Peta kadaster ini sangat rinci sehingga banyak digunakan untuk keperluan teknis, misalnya untuk perencanaan jaringan jalan, jaringan air dll.
  2. Peta Skala Besar : Peta ini mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta ini digunakan untuk perencanaan suatu wilayah.
  3. Peta Skala Sedang : Peta ini mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000.
  4. Peta Skala Kecil : Peta ini mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.
  5. Peta Geografi/Peta Dunia : Peta ini mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.

sumber :
https://andimanwno.wordpress.com/2010/06/22/fungsi-dan-tujuan-pembuatan-peta/  ( diakses pada tanggal 17 september 2016)
https://www.siswapedia.com/macam-macam-peta-atau-jenis-jenis-peta/ ( diakses pada tanggal 17 september 2016)
          Assalamualaikum sobat lautku yang di rahmati Allah.
Apa kabar minggu ini?? Sehat to.. Ni ada kabar gembira untuk kita semua kulit manggis kini ada ekstraknya.. Hahhaaa kok malah iklan to...
          Pemetaan adalah pengelompokan suatu kumpulan wilayah yang berkaitan dengan beberapa letak geografis wilayah yang meliputi wilayah dataran tinggi , pegunungan , sumberdaya dan potensi penduduk yang berpengaruh terhadap sosial kultural yang memiliki ciri khas khusus dalam penggunaan skala yang tepat.
         Tujuan pembuatan peta antara lain sebagai berikut:
  • membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, atau perencanaan,
  • analisis data spasial, misalnya perhitungan volume,
  • menyimpan informasi,
  • membantu dalam pembuatan suatu desain, misal desain jalan
  • komunikasi informasi ruang. 
sumber :
https://andimanwno.wordpress.com/2010/06/22/fungsi-dan-tujuan-pembuatan-peta/

Rabu, 14 September 2016

ASSALAMUALAIKUM WR WB SOBAT LAUT...

 

 Apa kabar sekarang??? baik kah?sehat kah? good kah???

gimana liburannya, puas belum??

apa!!! belum puas liburan 3 bulan??

para sobat laut jalan-jalan ke luar negri gax?

menurut wiwik ambarwati putrinya Bapak Sogiman dan Ibunda Sumiati nih ya, mending kita jalan-jalan di negeri kita sendiri, toh negri kita ini indah apa lagi mengenai wisata baharinya.

coba kalian bayangkan wisata bahari  dari provinsi Nanggro Aceh Darussalam sampai ke pulau papua.

gak kebayangkan betapa senangnya melihat keindahan indonesia yang begitu berharga.


              Indonesia adalah sebuah negara yang dikenal sebagai kawasan yang dipenuhi dengan kepulauan dan perairan laut memiliki sumber ketetapan yang jelas mengenai pengakuan wilayah perairan.menurut United Nation Convention on Law of the Sea (UNCLOS) 1982, menyatakan “Wilayah laut Indonesia 5,8 juta km2″“ yang artinya Luas Wilayah Laut kita ini sama dengan tiga per empat dari keseluruhan luas wilayah Indonesia. Pada luas laut yang demikian, di dalamnya terdapat lebih dari 17.500 pulau besar dan kecil dan dikelilingi garis pantai sepanjang lebih dari 81.000 km, yang merupakan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada.

     Wilayah pesisir adalah wilayah yang berada di daerah transisi atau daerah yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat daratan bila dilaut dan bila di darat masih dipengaruhi oleh sifat-sifat lautan. 

              pengertian wilayah pesisir terpadu atau Integrated coastal Management (ICM) adalah  “Proses pengelolaan yang mempertimbangkan timbal-balik antara kegiatan pembangunan (manusia) yang terdapat di wilayah pesisir dan lingkungan alam (ekosistem) yang secara potensial terkena dampak kegiatan-kegiatan tersebut”

 

                Menurut  (Dahuri, dkk., 1996) Pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu merupakan pendekatan pengelolaan yang melibatkan dua atau lebih ekosistem, sumberdaya dan kegiatan pemanfaatan secara terpadu, agar tercapai tujuan pembangunan wilayah pesisir secara berkelanjutan (sustainable), sehingga keterpaduannya mengandung tiga dimensi; dimensi sektoral, bidang ilmu, dan keterkaitan ekologis. Keterpaduan sektor diartikan sebagai perlunya koordinasi tugas, wewenang dan tanggung jawab antara sektor atau instansi pemerintah pada tingkat pemerintah tertentu (horizontal integration), dan antara tingkat pemerintah mulai tingkat desa, kecamatan, kabupaten, dan propinsi sampai tingkat pusat (vertical integration).

                  secara geografis ICM mencakup DAS bagian hulu yaitu lahan pesisir (pantai, dunes, lahan basah, dll), perairan pesisir dan estuaria dan perairan laut lepas yang masih dipengaruhi atau mempengaruhi wilayah pesisir serta segenap kegiatan yang terdapat di dalamnya.

                Kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan tantangan khusus untuk dikelola. Keadaan fisik, ekologi dan keragaman sosial budaya menyebabkan pengelola harus berhadapan dengan ketidakpastian yang tinggi. Sumber daya pesisir dan lautan merupakan potensi penting dalam pembangunan masa depan, mengingat luas wilayah laut Indonesia adalah 62% dari luas wilayah nasional, belum termasuk Zona Ekonomi Eksklusif seluas 2,7 juta km persegi.

              pengelolaan pesisir terpadu juga mendasari Program Aksi Strategis PERSGA untuk Laut Merah dan Teluk Aden. Dr. Ahmed A. Barrania, menulis dalam Al Sambouk 9, mendefinisikan demikian: "ICZM merupakan sebuah proses dan kerangka kerja kelembagaan Ini melibatkan pembentukan struktur hukum di mana perencanaan lintas sektoral berlangsung di nasional dan lokal. tingkat.


ICZM in the Mediterranean = Mediterranean Action Plan.
UNEP telah mengembangkan pedoman untuk Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu ( Integrated Coastal Area Management = ICAM).

Program Mediterania telah menghasilkan Pedoman Pengelolaan Terpadu Kelautan Area Pesisir dan - Dengan Referensi Khusus ke Mediterania Basin, 1995 (UNEP Regional Seas Laporan dan Studi Nomor 161. 80 p.) Dan Good Practices Pedoman Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu di Mediterania, 2001

ICZM: The New Zealand case study= The Resource Management Act (RMA)

The European Union = The European Parliament and the European Council "

 

 

sumber :

 http://www.adlienerz.com/2013/05/pengelolaan-wilayah-pesisir-dan-laut.html

 http://garasi.in/hak-pengusahaan-perairan-pesisir-hp-3.html  

Dahuri R., Rais J., Ginting S.P. dan Sitepu M.J., 2008. Pengelolaan Sumber Daya          Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita.

 https://ikkobale.wordpress.com/2016/04/10/integrated-coastal-management/ 

https://en.wikipedia.org/wiki/Integrated_coastal_zone_management


 

Jumat, 08 April 2016


Pola Arus Permukaan saat Surut di Sekitar Sungai Muara Malalayang, Teluk Manado



Kelompok 4
Ketua                   : Akwan Abdullah (E1I014017)
Anggota                : Wiwik Ambarwati (E1I014002)
                               Andri Royadi (E1I012063)
Dosen Pengampu : Yar Johan, S.Pi,.M.Si




 



ILMU KELAUTAN
JURUSAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016

I.    PENDAHULUAN
            Perairan pantai merupakan salah satu wilayah perairan yang memiliki banyak potensi bagi kehidupan masyarakat pesisir diantaranya adalah usaha perikanan dan pariwisata. Dalam pemanfaatkan daerah perairan pantai yang harus dipahami adalah mengenai arus.
Demikian dengan kawasan di perairan Teluk Manado, pemahaman tentang pola pergerakan arus di perairan Teluk Manado sangat penting karena pada setiap harinya kawasan perairan ini selalu dilibatkan dalam berbagai kegiatan dan berbagai kepentingan. Selain itu juga pemahaman tentang arus di kawasan perairan ini berguna dalam sisi pengelolaan sumberdaya juga berperan penting dalam sisi keamanan pemanfaatan kawasan perairan (Rampengan, 2009).
            Arus merupakan salah satu faktor oseanografi yang sangat menarik untuk dikaji karena memberikan informasi hidrografi (Sudarto dkk, 2013) dalam pemanfaatan daerah perairan. Pola pergerakan arus di perairan pantai dipengaruhi oleh berbagai faktor fifik. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah angin, arus pasang surut dan volume aliran sungai (Geyer, 1997) dalam (Kamat dkk, 2014).
           

Tujuan
Pengukuran ini bertujuan untuk mengetahui pola pergerakan massa air di perairan sekitar muara sungai malalayang , khususnya pada saat air surut.



II.  METODOLOGI
1.    Waktu dan Tempat Pengukuran
Pengukuran ini dilakukan pada tanggal 22-24 Oktober 2014 pada empat titik lokasi di Muara Sungai Malalayang Teluk Manado Sulawesi Utara.
2.    Alat dan Bahan
Sejumlah alat yang digunakan dalam pengukuran adalah seperti yang terlihat pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Alat yang digunakan saat penelitian
No
Nama
Fungsi
1
Pelampung arus
Untuk mengukur arus
2
GPS
Pencatat posisi pelampung diturunkan dan diambil
3
Perahu motor
Transportasi untuk ke laut
4
Stopwacth
Mengetahui interval waktu dalam penelitian
5
Alat tulis
Mencatat hasil data yang diperoleh
Pada penelitian Rampengan (2009), alat yang digunakan untuk mengukur arus adalah floater current meter  dan berpedoman pada peta Lingkungan pantai Indonesia untuk menentukan titik-titik tempat dilepaskannya floater current meter.
Keuntungn dari menggunakan pelampung adalah kita dapat membuat pelampung tersebut sendiri dan biayanya juga murah berbeda dengan menggunakan floater current meter  yang alatnya harus membeli dan harganya lebih mahal dari pelampung. Serta mengukur arus menggunakan floater current meter  lebih akurat karena kita dapat dengan akuran mengetahui besaran kecepatan arus dengan melihat jumlah putaran arus di monitor. Sedangkan jika menggunakan pelampung kita hanya mengikuti pergerakan pelampung saja.
3.    Langkah Kerja
Pada penelitian ini langkah kerja pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan dua kumpulan pelampung arus yang dilepaskan pada waktu yang berbeda. Kumpulan pertama (kumpulan A) terdiri atas lima unit pelampung  yang dilepaskan pada suatu titik di muara sungai pada saat air mulai bergerak surut. Kumpulan kedua (kumpulan B) terdiri atas empat unit pelampung yang dilepaskan pada sekitar waktu pertengahan air surut. Pelampung-pelampung tersebut dicatat posisinya satu per satu dengan menggunakan GPS dari atas perahu. Interval pengukuran yang dilakukan adalah 10 menit, 20 menit, 30 menit dan 1 jam. Selain posisi, waktu saat penentuan posisi pun dicatat. Setelah pelampung memasuku perairan yang sulit di jangkau dengan perahu atau sudah keluar dari wilayah pengamatan, pelampung-pelampung diangkat dan diposisikan lagi di suatu tempat sebagai awal pengamatan.
Pada penelitian Rampengan (2009), perubahan posisi geografis dari floater current meter dicatat setelah 6 menit di perairan.
4.    Metode
Menurut Davis JR (1972) dalam Rampengan (2009)  teknik pengukuran langsung arus di perairan terdiri atas 2 kategori yaitu metode eularian dan metode lagrangian. Metode eularian adalah pengukuran arus yang melewati satu titik geografis. Sedangkan metode lagrangian dilaksanakan dengan cara mengikuti dan mengawasi pergerakan benda apung.
            Pada penelitian yang dilakukan oleh Kamat, dkk (2014) metode yang digunakan adalah metode lagrangian. Penelitian dengan metode ini telah digunakan lebih dari tiga dekade  dan masih digunakan sampai saat ini.














III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Posisi pelampung kumpulan A tanggal 23 Oktober 2014
Data posisi dari setiap pelampung dibedakan berdasarkan kumpulan. Hal ini bertujuan supaya mempermudah dalam pengamatan. Jalur dari setiap pelampung dapat saling menyilang sehingga sulit untuk diikuti pada Gambar 1 (Kamat dkk, 2014). Sehingga untuk mempermudah pengamatan diambil nilai rata-rata pada setiap  kumpulan pelampung.
Gambar 2. Aliran air rata pada tanggal                     Gambar 3. Aliran air rata pada tanggal
23 Oktober 2014 pelepasan A                                  23 Oktober 2014 pelepasan B
Gambar 4. Aliran air rata pada tanggal                     Gambar 5. Aliran air rata pada tanggal
24 Oktober 2014 pelepasan A                                  24 Oktober 2014 pelepasan B
Dengan diketaui nilai rata-rata, maka akan terlihat jelas arah pelampung melaju. Pada pertama pergerakan, arus membawa pelampung ke arah barat atau ke arah kiri dari Muara Sungai Malalayang (Gambar 2 dan 4). Hal ini disebabkan karena adanhya sisa pergerakan pada saat air pasang (Rampengan, 2009). Selain itu, pergerakan ini cenderung tidak teratur (Gambar 4). Pergerakan yang tidak teratur ini diakibatkan oleh interaksi antar arus dengan kondisi fisik garis pantai dan topografi dasar perairan (Lewis, 1997) dalam (Kamat dkk, 2014). Ketika berada pada pertengahan surut, pelampung bergerak ke timur dengan kecepatan yang relatif lebih cepat. Kumpulan  A terus bergerak ke pantai dan akhirnya terdampar ke Pantai Batu Bahu Mall.
Sedangkan pada saat pertengahan surut, kumpulan B bergerak ke arah timur atau cenderung bergerak ke arah laut dengan jarak pelampung yang semakin jauh (Gambar 3 dan 6). Namun beberapa saat kemudian, jarak antar pelampung kembali berdekatan dan bergerak mendekati garis pantai Batu Bahu Mall. Tetapi pada pengamatan yang dilakukan pada tanggal 24 Oktober 2014, pelampung tidak terdampar ini kemungkinan angin yang mempengaruhinya tidak kencang. Meskipun tidak terdampar ke pantai namun posisi pelampung sulit dijangkau dengan perahu.
Menurut Pond dan Pickard (1983) dalam Kamat, dkk (2014) yang menyebabkan terdamparnya pelampung-pelampung tersebut ke pantai adalah angin sehingga angin menyebabkan arus. Pada saat angin bertiup kencang ke arah timur maka angin tersebut mendorong massa air bergerak ke pantai.
Berbeda halnya dengan pengamatan Rampengan (2009) kecepatan arus tertinggi berada pada saat surut yaitu lebih dari 5 Knot. Saat air bergerak surut, pada beberapa ruang di perairan Teluk Manado arusnya terukur berkecepatan di atas 1m/det. Lihat Tabel 2.
Tabel 2. Frekuensi Kejadian Kecepatan Arus Permukaan di Teluk Manado
 
Gambar 7. Pola arus pada saat surut di perairan Teluk Manado
            Pada saat air surut, massa air dalam jumlah yang besar dengan cepat bergerak keluar dari teluk. Keadaan ini mengakibatkan pada bagian utara dan selatan perairan Teluk Manado arus bergerak ke kawasan teluk (Gambar 2). Sehingga arus pada penelitian ini lebih dipengaruhi oleh pasang surut.
            Pada prinsipnya kedua hasil di atas mempunyai hasil yang sama, pada penelitian kamat dkk (2014) menunjukkan arah atau pergerakan arus sedangkan pada penelitian Rampengan (2009) menjelaskan arah arus serta kecepatan arus. ini berbeda karena alat yang mereka gunakan berbeda.











IV.KESIMPULAN
Pada kedua pengamatan terhadap arus di Muara Sungai Malalayang Teluk Manado di pengaruhi oleh aktivitas angin sedangkan di Perairan Teluk Manado lebih dipengaruhi oleh pasang surut.


DAFTAR PUSTAKA

Kamat.Y.N, dkk. 2014. Pola Arus Permukaan Saat Surut di Sekitar Muara Sungai Malalayang, Teluk Manado. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1:99-104
Rampengan, R.M. 2009. Pengaruh Pasang Surut pada Pergerakan Arus Permukaan di Teluk Manado. Jurnal Perikanan dan Kelautan 5(3):15-19
Sudarto,dkk. 2013. Kondisi Arus Permukaan di Perairan Pantai: Pengamatan dengan Metode Lagrangian. Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap 1(3): 98-102.